Minggu, 11 Maret 2012

Sabtu Prapaskah Minggu II

 Laurence Freeman OSB

Apa persamaan dari domba yang hilang, uang yang hilang dan anak yang hilang? Tentu saja semuanya hilang; tetapi dalam perumpamaan Yesus, mereka semua ditemukan. Penemuan mereka kembali menimbulkan perayaan sukacita. Orang yang hilang dan ditemukan ingin dan perlu berbagi kelegaan dan kebahagiaan dan memanggil teman-teman serta tetangga mereka.

Kebahagiaan, demikian juga ketakutan, amarah dan kesedihan, adalah menular, dan meskipun penyebabnya berbeda-beda, menuntut untuk dibagikan.


Untuk keadaan negative, kita ingin membagikannya karena mereka merusak; secara naluri kita mungkin merasa jika kita menekannya, mereka akan menghancurkan kita dengan lebih cepat tetapi jika kita dapat menulari orang lain, maka mereka akan berkurang.

Namun untuk kebahagiaan, jika ditekan maka akan menghilangkan kebahagiaan itu dan diri kita sendiri. Pesta dan perayaan itu penting bagi kebahagiaan manusia karena membuat kita dapat berbagi arti buah keikut sertaan di dalam dasar keberadaan. Orang-orang yang menolak untuk pergi ke pesta, seperti anak sulung yang iri hati, dianggap  sebagai penyangkal hidup. Orang yang suka pesta terkadang bertindak seolah-olah mereka semua harus dimasukkan ke dalam suatu pesta kesedihan dengan sendirinya karena merusak kesenangan orang lain.
Namun dalam semangat Injil, janganlah kita mengecualikan mereka yang tampaknya dikutuk untuk dikucilkan atau mengucilkan diri mereka sendiri. Merayakan kehidupan melibatkan kasih yang kita rasakan - dan perlihatkan - untuk mereka yang tidak bisa merayakannya. Kita tidak bisa berbahagia tanpa memperhitungkan yang tidak berbahagia.

Dengan mengecualikan kita akan kehilangan. Dengan memperhitungkan kita akan menemukan.  Dengan merangkul orang-orang yang tak dicintai kita akan mendapat pencerahan/pengalaman yang lebih mendalam tentang kodrat kebahagiaan. Kita memahami bahwa kebahagiaan itu tidak melulu tentang menemukan kembali yang hilang atau tentang memiliki suatu hari baik. Ada beberapa kehilangan yang hilang untuk selamanya. Ada hari-hari baik dan ada hari-hari buruk.

Kebahagiaan – jenis yang tidak hilang meskipun kita kehilangan sesuatu yang berharga – bukanlah mengenai hal memiliki melainkan menjadi. Bukan menjadi puas atau tidak puas. Melainkan menjadi diri kita yang sebenarnya.
(diterjemahkan : Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar