Sabtu, 03 Maret 2012

Sabtu Prapaskah Minggu I

Laurence Freeman, OSB

"Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Mat 5:48)
Dengan tantangan seperti tersebut di atas, bagaimana Kekristenan bisa luntur, seperti yang sering terjadi, hanya menjadi panduan moral atau sebuah ideologi lain yang bersaing untuk mendominasi dunia atau bahkan lebih buruk lagi, menjadi pelarian bagi mereka yang takut akan revolusi roh?
Kesempurnaan itu tidak cuma membingungkan saja. Dalam konteks bacaan di atas, kata tersebut menunjuk pada kasih Allah yang tak terbatas, tak menghakimi yang diuji dalam masalah-masalah manusia lewat kemampuan kita untuk mengasihi orang-orang yang menyakiti atau menolak kita.

Kesempurnaan adalah tempat berlindung bagi agama yang tidak ingin memahaminya dan yang lebih memilih kepuasan ego dengan membuat aturan-aturan, mengambil kenikmatan dalam menjaganya dan ada kesenangan jahat saat melanggar aturan tersebut.

Jika Allah semudah itu untuk dipahami, hidup kita menjadi jauh lebih mudah. Tidak akan ada kehausan yang tak terpuaskan yang ada di pusat keberadaan manusia. Bagaimana mungkin kita bisa tahan atas undangan pengilahian dari orang asing yang tidak mau menerima jawaban tidak dan selalu kembali tanpa malu meskipun ditolak lagi?
Yesus sering tidak sabar terhadap murid-murid-Nya – ‘begitu lambat untuk memahami’. Kita juga melihat penolakan yang sama dalam waktu kita umumnya memahami meditasi. Ada banyak buku dan pengajaran yang mengatakan bahwa meditasi itu baik, tentu saja, sebagai persiapan untuk mendengarkan apa yang Tuhan katakan. Ini merupakan cara yang  baik untuk kehilangan artinya - tidak begitu berbeda dengan mengatakan bahwa, ya, meditasi itu baik karena membuat kita tidur lebih nyenyak di malam hari dan menurunkan kolesterol kita.

Memahami bahwa Allah adalah keheningan, itulah intinya. Tradisi mistik kita mengajarkan hal itu. Tetapi sepertinya lebih mudah untuk mengikuti jalur yang lebih rumit. Dan mengapa tetap membawa meditasi ke dalamnya? Bukankah patut selalu dikatakan ulang bahwa ada jalan pulang ke rumah yang lebih sederhana dan lebih singkat?
(diterjemahkan : Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar