Sabtu, 03 Maret 2012

Jumat Prapaskah Minggu I

Laurence Freeman, OSB

"..Segeralah berdamai dengan lawanmu dalam waktu yang baik." (Matius 5:25)
Waktu bisa menjadi masalah tetapi juga memiliki penyelesaian/solusi.  Yang selalu menjadi pertanyaan adalah apa itu ‘waktu yang baik’ dan perlu waktu berapa lama?

Mungkin karena kodrat waktu yang memang tidak jelas maka kita mudah untuk menunda yang perlu dan menyangkal yang tak bisa diperkirakan. Kita mengira akan selalu ada waktu lebih untuk mengerjakan hal yang harus kita kerjakan. Kemudian kita menyadarinya bahwa pada saat terakhir, ketika sudah terlambat karena waktu sudah habis, sehingga kita tidak dapat lagi berdamai dengan musuh kita atau menyembuhkan pertikaian di dalam diri kita sendiri atau dengan perwujudan-perwujudan konflik batin kita yang tercermin dalam relasi kita dengan sesama. Lalu kita hanya dapat menyelam lebih dalam daripada waktu memasuki dasar keberadaan kita, kedalaman saat kini.  Ada penyembuhan di sana, dalam sumber keberadaan kita. Tetapi sebenarnya banyak penderitaan yang bisa dihindari jika kita mau melakukannya dalam waktu yang baik.
Saat saya menulis ini, pasukan pemerintah Siria sekali lagi mengulang lagi suatu motif dalam sejarah manusia, pembunuhan orang-orang tak berdoa dan pengrusakan rumah, masa kanak-kanak dan harapan. Waktunya tidak baik. Sekalipun kita tahu bahwa nafsu untuk menumpahkan darah harus dihapuskan dan ‘penyelesaian’ akan dicapai, namun kesan yang ditinggalkan oleh konflik semacam itu hampir tak terhapuskan. Akibatnya akan lebih berat bahkan bagi kehidupan yang belum dilahirkan.

Kita merencanakan hal yang mudah dan menghindari yang sulit. Kita lupa bagaimana mengukur waktu terhadap realita.

Dalam beberapa gambar St. Benediktus lama, digambarkan dia sedang memegang Peraturan di satu tangan dan semacam kayu di tangan lainnya. Beberapa orang mengatakan, kayu itu diperlukan untuk menghukum pelanggaran aturan. Saya lebih suka memandangnya sebagai tali pengukur, seperti tongkat dirigen, yang digunakan untuk mengukur waktu. Untuk mengukur segala sesuatu harus ada batasan-batasan yang disetujui, ada batas awal dan batas akhir. Itulah hal mengenai aturan dua periode waktu meditasi setiap hari.
(Diterjemahkan : Fransisca Hadiprodjo - WCCM YK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar