Selasa, 07 Desember 2010

MEDITASI SUATU PERJALANAN


John Main menamakan latihan meditasi sebagai suatu perziarahan menuju hati kita sendiri. Ziarah adalah suatu perjalanan dengan bimbingan Roh menuju suatu tempat suci. Tempat yang paling suci adalah hati manusia. Kita mungkin pergi ke sana seorang diri, tetapi kita tidak merasa kesepian. Kesendirian waktu bermeditasi menyembuhkan rasa kesepian kita yg menyakitkan, danmenyadarkan bahwa kita berada dalam relasi yang mendasar dan dalam.

Lebih baik kita membayangkan perjalanan meditasi itu sebagai suatu spiral atau labirin daripada sebagai suatu garis lurus di antara dua titik. Itulah sebabnya mengapa mandala merupakan lambang universal dari perjalanan rohani. Kadang-kadang kita merasa seolah-olah kita berputar-putar dalam suatu lingkaran, tetapi sebenarnya kita berputar sambil masuk, makin lama makin dekat dengan pusat.

Gambar labirin yang melambangkan ziarah batin dapat dilihat di lantai Katedral Chartre dari abad 13 di Perancis. ikutilah lorong labirin mulai dari pintu masuk sampai ke pusat, dan Anda akan merasakan juga seperti suatu perjalanan menuju hati waktu kita melakukan meditasi. Sewaktu-waktu timbul rasa frustasi, merasa seperti kita tersesat atau membuang-buang waktu, tetapi sebenarnya tidak menjauh dari pusat, melainkan berkeliling semakin lama semakin mendekat sampai akhirnya Anda pun tiba. Jangan pernah berhenti selama Anda masih di jalan. "Seluruh perjalanan menuju surga adalah surga" kata St Katarina dari Siena. "Karena Yesus adalah jalan".

Yesus membandingkan Roh dengan angin, 'kita tidak tahu darimana ia pergi" (Yoh 3:8). Kita tidak dapat mengukur hal yang bersifat rohani. Maka kita tidak perlu mengevaluasi.

Yesus mengatakan bahwa Ia tahu dari mana Ia datang dan kemana Ia pergi. Doa adalah suatu perjalanan menuju pengenalan diri. Kalau kita sedikit demi sedikit melepaskan ego kelekatan dan egoisme kita, maka kita akan bertumbuh menjadi diri kita yang sebenarnya. 'Diri kita yang sebenarnya' adalah nilai yang paling berharga dalam hidup, karena disitulah titik pertemuan antara kita dengan Allah, dimana kita menjadi satu dengan Allah, dan dengan demikian menjadi satu dengan semua orang. Meditasi setiap hari adalah proses untuk menyadari hal ini.


Ada tiga tahapan dalam setiap perjalanan, meskipun karena sifat perjalanan itu adalah perjalanan rohani, kita tidak dapat mengukurnya.

Pertobatan
Kata tobat berarti suatu perubahan arah. Bila kita untuk pertama kalinya mulai bermeditasi, kita merasa "bersemangat". Disiplin dirasakan mudah dan kita merasa bergairah, seperti halnya masa pertama dari relasi kita dengan seseorang. Kegairahan awal ini tentu saja harus diuji dan dimurnikan lewat komitmen.

Hambatan.
Dalam perjalanan selanjutnya, kita dapat menemui hambatan, tetapi bila kita tetap tekun, niscaya kita akan menyelami rahasia ilahi dan kodrat manusia. Dalam proses akan ada waktu-waktu sulit ketika perasaan atau ingatan yang ditekan dibawah sadar akan muncul ke permukaan. Hal ini memurnikan dan membebaskan kita, tetapi kadang-kadang kita merasakannya sebagai perasaan negatif yang timbul setelah melakukan meditasi. Dukungan orang lain pada saat demikian sangat membantu.

Terobosan.
Pada waktu lain, khususnya sesudah melewati sulit, kita merasa berhasil mengatasi hambatan sehingga lebih memahami dan mengasihi Allah, diri kita sendiri, dan orang-orang lain. Kita lalu merasakan kedamaian dan kegembiraan yang mendalam. Sangatlah penting untuk menerima saat-saat dan poengalaman-pengalaman semacam ini tanpa berusaha untukmemilikinya, untuk mengulanginya atau memanipulasinya. Rahmat berarti pemberian. Pemberian bukan merupakan karunia kalau kita menggenggamnya.
Miskin di Hadapan Allah.

Sifat utama yang kita pelajari dan hormati selama kita membuat perjalanan ini ialah kemiskinan.
Dalam Kotbah di Bukit Yesus bersabda : " Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga." (Mat 5:3)

Kalau kita memahami mantra sebagai jalan kemiskinan, perjalanan akan tetap sederhana. Namun, sederhana tidak sama dengan mudah. Kemiskinan berati melepaskan kelekatan diri secara terus menerus dan dari segala-galanya. Julian dari Norwich menggambarkan kemiskinan sebagai 'suatu sikap sederhana yang menuntut supaya kita melepaskan sungguh-sungguh segalanya'. Mantra membantu kita untuk melaksanakan ajaran Yesus 'meninggalkan segala sesuatu' dan 'menjual seluruh harta kita'.

Bila kita bermeditasi hari demi hari, kita akan menemukan bahwa mantra berakar dengan sendirinya dalam hati kita sehingga kita akan menghidupi kesibukan dan istirahat sehari-hari dalam kesadaran yang lebih besar akan kehadiran Allah. Hidup kita menjadi lebih kontemplatif, yakni lebih berakar dalam 'saat ini' , dengan penuh kesadaran dan lebih berbelas kasih.

Tahap-tahap perjalanan rohani tercermin dengan semakin berakarnya mantra dan berkurangnya usaha untuk mengucapkannya. Mula-mula kita mengucapkan mantra dengan segala gangguan yang muncul silih berganti. Lalu, kita mengucapkan mantra dengan lebih mudah dan tidak terlalu terganggu lagi. Akhirnya, kita mendengarkan mantra dengan segenap hati dan memberi kita kekuatan yang melebihi dari gangguan itu sendiri.

Mantra adalah suatu disiplin. Mantra sendiri bukanlah tujuan. Ia hanya merupakan jalan menuju kemiskinan di hadapan Allah; ia bukanlah Kerajaan Allah. Waktunya akan datang diluar perkiraan kita, mantra itu akan mengantar kita memasuki keheningan yang mutlak, melampaui mantra itu sendiri, masuk kedalam pengalaman doa yang murni. Ini bukanlah suatu pengalaman yang direncanakan, ditiru, atau dibayangkan.

Bila Anda menjadi sadar akan keheningan, tentunya Anda tidak sepenuhnya berada dalam keadaan hening, tetapi berpikir, dan karena itu Anda harus terus mengucapkan mantra.

Petunjuk untuk bermeditasi mudah untuk dilakukan kalau Anda mengikutinya dengan cara yang sederhana:
  • ucapkanlah mantra sampai Anda tidak bisa mengucapkannya lagi;
  • janganlah menentukan kapan Anda akan berhenti mengucapkannya;
  • dan mulailah mengucapkannya lagi segera sesudah Anda menyadari bahwa Anda sudah berhenti.
Semua tahap meditasi ini seolah-olah berputar-putar, tetapi beranjak maju menuju pusat. Kita menimbuni tanah yang sama sampai seluruh pekerjaan selesai. Hal terpenting yang harus kita ingat bila berpikir tentang kemajuan ialah bahwa kita, semua kita, adalah senantiasa orang-orang yang baru mulai. Kesadaran akan hal itu mengisi kehidupan dengan ketakjuban dan kebebasan. Orang-orang yang baru mulai paling mengetahui bagaimana harus berterima kasih.


(dari : "Latihan Harian Meditasi Kristiani"; Laurence Freeman OSB, Obor,2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar