Minggu, 25 Maret 2012

Minggu Kelima Prapaskah

Daily Lent Reflections - Laurence Freeman OSB
Pada hari Highland yang indah dengan langit secerah mata anak kecil, kami membaringkan Rosie dalam tanah di sebelah suami dan anak-anak yang telah mendahuluinya. Seorang peniup seruling memimpin jalan dari pintu gereja menuju ke pemakaman. Ritual tersebut tidak asing lagi, sebagian karena pengalaman iman keluarga yang melampaui keyakinan sehingga tidak perlu dijelaskan lagi. Kata-kata dan gerak tubuh memiliki arti lebih daripada yang mereka ucapkan. Untuk sejenak sebuah ruang terbuka supaya kematian dan kehidupan saling terkait dan memungkinkan jika anda mengamati dengan seksama dalam cahaya terang untuk melihat apa yang ada di sisi lain.
Kita mengira bahwa realitas harus dilafalkan dan direkam dalam ingatan, untuk dibuktikan kemudian. Namun ketika kita menyelinap dalam hubungan di antara pemikiran-pemikiran, realitas menjadi sebuah kehadiran, atau sekedar kehadiran. Begitu kita memikirkannya atau menggapainya, kehadiran itu lenyap. “Dia menghilang dari pandangan mereka”. Tetapi sekali lagi saat kita kembali ke jalan sederhana untuk dapat hadir di sini dan sekarang, kehadiran itu kembali dengan cara yang lembut dan segera.

Membicarakan sama sekali tentang ‘sisi yang lain’ sama dengan memutar balikkannya dengan prasangka kita sendiri. Apa yang kita lihat ke depan pasti sudah ada di sini. Dalam pikiran yang sungguh-sungguh jernih semuanya hadir.

Kuburan sangat sederhana. Kuburan mengingatkan kita akan kerendahan hati kita, kapal keberadaan kita yang sederhana. Bagaimanapun kita mendekorasinya, rahmat atau unsur ketidak beruntungan apapun yang dimilikinya, kebenaran ini tetap menjadi kesamaan universal yang besar. Sepertinya terburu-buru, dalam minggu kelima Prapaskah ini, untuk merenungkan Kebangkitan; tetapi sebenarnya inilah inti Prapaskah – belajar, mempersiapkan diri untuk melihat dan mengalami kehadiran Dia yang pernah bangkit atas dan melampaui batas-batas kematian dan kelahiran kembali.

Latihan kita, meditasi kita, hidup kita sehari-hari yang dihidupi dengan penuh doa, semuanya adalah cara untuk memurnikan pintu persepsi agar supaya mata iman dapat menunjukkan pada kita apa yang selalu hadir. Kita tidak dapat menghadapi kematian apapun juga dalam iman, termasuk kematian ego kita yang tangguh, tanpa belajar sesuatu tentang Kebangkitan Yesus yang adalah sama seperti kita.
(Diterjemahkan : Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar