Jumat, 30 Maret 2012

Kamis Prapaskah Minggu V

Daily Lent Reflections 
by Fr. Laurence Freeman, OSB

Orang-orang biasa setuju bahwa olah raga, seperti meditasi, adalah hal yang baik. Secara fisik dan mental kita merasa lebih baik saat berolah raga fisik secara rutin. Tergantung pada temperamen pribadi kita, kita mungkin perlu berjuang untuk menjaga disiplin latihan harian kita dan mencari-cari alasan untuk menghindarinya meskipun kita tahu kita akan merasa lebih baik dengan melakukannya. Atau, bagi orang yang berkepribadian lebih kompulsif (suka memaksa, fanatik), kita bisa menjadi terpaku pada latihan tersebut sehingga kita melakukannya dengan berlebihan dan membuatnya memainkan peran yang lebih dominan dalam hidup kita daripada buah-buahnya. Cukup saja tidak pernah cukup. Anda selalu dapat lebih fit daripada orang lain.

Di sini ada beberapa persamaan dalam hal latihan rohani. Ada kebutuhan akan disiplin dan manfaat-manfaat yang jelas. Namun hanya sedikit orang yang melakukannya secara berlebihan, mengusahakan jalur cepat untuk mendapat pencerahan. Orang-orang seperti itu menjadi kaum ekstrimis rohani dan semakin mereka ekstrim, mereka justru menjauh dari tujuan mereka. Kaum ekstrimis relijius memang ada, tetapi mereka kebanyakan adalah orang-orang yang melarikan diri dari sesuatu yang tidak menyenangkan – dari suatu masalah pribadi atau dari situasi politik – dan mereka menjadikan agama sebagai pembenaran dari segala hal yang mereka anggap dapat membantu mereka. Kaum ekstrimis rohani bukannya tidak dikenali tetapi mereka jarang ada karena resikonya – kewarasan dan kesehatan – jauh lebih tinggi.

Jadi jarang sekali orang menjadi kecanduan meditasi (seperti biasanya, tergantung pada yang anda maksud dengan ‘meditasi’). Alasannya yang utama adalah bahwa disiplin meditasi melibatkan komitmen bawaan untuk tidak berlebihan (moderasi) dan jalan tengah dalam segala hal, termasuk latihan rohani. Meditasi adalah regulator universal karena kita diselaraskan dengan roh yang menyelimuti segala hal dan ada untuk membenahi segala hal yang tidak seimbang atau salah asal kita mau terbuka. Meditasi juga merupakan sebuah komitmen bawaan untuk terbuka pada realitas sebagaimana adanya, bukan seperti yang kita inginkan.

Moderasi dan keterbukaan. Dua sisi tangga sukacita dan kedamaian. Dan setiap langkah yang kita ambil memperdalam kemampuan kita untuk mengasihi. Marilah kita berharap bahwa 40 hari di padang gurun ini, yang akan segera berakhir, mengajarkan kita hal tersebut. Jika tidak, terima kasih roh kudus, kita dapat memadatkan 40 hari tersebut menjadi saat kini, sekarang, karena hal ini selalu dapat membantu kita untuk menggantikan waktu yang hilang. Itulah penebusan.
(Diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar