Senin, 25 Maret 2013

Senin Pekan Suci 2013

Holly Week Reflections
Oleh : Laurence Freeman OSB.

Retret Pekan Suci kita dimulai di Bere Island kemarin. Orang-orang yang ada di sini datang dari berbagai belahan dunia dan juga orang lokal pulau ini dan Peninsula Beara yang keindahan alamnya luar biasa, lembut dan terjal.

Banyak orang di seluruh dunia juga akan berpartisipasi lewat internet. Sampai tingkat yang luar biasa sekarang ini, ruang telah ditaklukkan oleh teknologi. Tentu saja ada perbedaan besar antara kehadiran maya dan kehadiran fisik, namun kehadiran bukan salah satunya. Yang terpenting adalah perhatian. Seseorang yang hadir secara fisik bisa jadi tidak hadir karena mereka tertidur selama ceramah dan pendengar dari belahan dunia yang lain bisa jadi hadir sepenuhnya karena mereka mendengarkan dengan penuh perhatian.


Waktu lebih sulit untuk ditaklukkan. Kita dapat mempercepat proses perjalanan tetapi secara fisik kita tidak dapat berada di dua tempat sekaligus. Waktu yang diperlukan untuk melaluinya mengungkapkan dasar keberadaan manusia yang tidak dapat dihindari. Menjadi manusia berarti menjadi terbatas. Hanya dalam dimensi spiritual kita dapat benar-benar ada di sini dan kini.

Kita memasuki yang rohani melalui kekuatan perhatian murni yang mentransendensi keterbatasan ego. Bagi kita, selama pekan ini, kisah Sengsara, kematian dan Kebangkitan Tuhan adalah pembatas menuju wilayah tersebut. Kekuatan perhatian adalah kunci untuk membukanya. Dalam Roh Kudus, semua kekuatan keterbatasan diangkat. ‘Di mana ada Roh di situ ada kebebasan’. Keadaan mental tertentu dapat meniru kebebasan Roh ini. Banyak orang yang haus akan keadaan kebebasan ini menggunakan sarana-sarana palsu untuk mewujudkannya. Namun sarana-sarana tersebut memperlemah atau menekan keterbatasan ruang dan waktu, bukan mentransendensikannya. Sedangkan jalan spiritual menghormati hukum alam.

Ketika dimensi spiritual terbuka di hadapan kita – di dalam diri kita – sebuah cahaya akan memancar ke dalam dunia ruang dan waktu tempat kita hidup di dalam keterbatasan. Kita tetap manusia – terbatas – tetapi keterbatasan tersebut tidak menghalangi kepenuhan keterbukaan keberadaan kita pada yang ilahi. Kita menjadi manusia yang ilahi.

Misteri Paskah itu seperti yang jaman dahulu disebut ritual permulaan/inisiasi. Transformasi yang utama belum terjadi. Tetapi di sini dan sekarang – jika kita tidak tertidur, jika kita melepas perhatian kita dari keterbatasan kita dan penderitaan yang ditimbulkannya – kita memulai proses tersebut dan mencicip anggur baru yang diminum oleh Yesus bersama kita dalam Kerajaan Allah.

Langkah pertamanya adalah memasuki kisah tersebut dan membiarkannya berkarya di dalam diri kita. Meditasi membantu kita untuk mendengarkannya dan sekaligus membukakan diri kita pada dunia roh yang tak terbatas yang merupakan arti dan tujuan dari kisah tersebut.

Sumber : www.wccm.org
Terjemahan : Sisca Hadiprodjo - wccm yk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar