Sabtu, 07 April 2012

Sabtu Suci

Daily Lent Reflections 
by Laurence Freeman, OSB

Secara umum dapat dikatakan, pengalaman terjadi lebih dahulu. Saat pengalaman pertama terjadi selalu ada saja sesuatu yang tak terduga meskipun kita tahu itu akan muncul, ibarat suatu kelahiran atau kematian yang sudah lama dinantikan. Kita dapat menunggu dengan sadar tentang suatu pengalaman yang kita tahu ada dijalurnya namun ketika hal tersebut benar-benar terjadi, perubahan yang tak terduga telah terjadi.

Pengalaman itu selanjutnya menghadapkan kita pada sebuah tantangan dan seringkali sebuah teka-teki. Bagaimana hal seperti itu pantas masuk menjadi contoh yang lebih besar dalam ceritera kita? Apakah peristiwa itu benar penting seperti yang kita lihat? Apakah memang sangat berarti? Kita puas dapat memperkirakan masa depan. Itu akan memberikan kita rasa aman meskipun itu akan menurunkan nilai kehidupan menjadi sebuah program komputer. Tetapi kesadaran manusia harus bangkit sampai pada tingkat kenabian yang adalah pencerahan ke saat kini yang memotong seluruh lapisan waktu. Kita harus hidup dengan serius bila kita ingin menemukan kebahagiaan.

… kamu tidak tahu apa-apa! Kamu tidak insyaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa." Hal ini dikatakan Kayafas bukan dari dirinya sendiri. Tetapi, sebagai Imam Besar pada tahun itu, ia bernubuat.

Makna lebih besar dari diri kita. Jadi, bila pengalaman dan makna digabungkan dalam visi kenabian, kita sebagai pribadi akan berkembang. Tidak nyaman namun menakjubkan. Pada keadaan itu dalam prosesnya orang berhenti berdebat sejenak. Kita berhenti merasa cemas akan segala hal dan kita istirahat sejenak dalam diam dan dalam keadaan waspada kita boleh saja menganggapnya penyembahan yang sejati.

Dibimbing kearah yang bermakna sama dengan dibimbing pulang ke rumah. Mungkin inilah sebabnya Masa Prapaskah dibentuk dengan kiasan sebuah perjalanan panjang menuju tanah terjanji yang kita rasakan sebagai tempat asal kita dan (lebih berbahaya lagi) bila kita menganggap tanah itu milik kita. Mungkin juga inilah sebabnya orang-orang sering mengatakan, saat mereka merenungkan tentang pengalaman dan makna dari meditasi bagi kehidupan mereka selama suatu jangka waktu tertentu, dirasakan seakan 'pulang ke rumah'.

(Diterjemahkan oleh Fransiska Hadiprodjo - WCCM Yogya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar