Jumat, 06 April 2012

Kamis Putih

Daily Lent Reflections
by Laurence Freeman, OSB
"..Lakukanlah ini sebagai kenangan akan daku.."

Kita merasa tersinggung atau tidak dianggap jika kita bertemu seseorang yang kita kenal tetapi mereka tidak mengingat kita. Memiliki hari atau peristiwa penting dalam hidup kita yang diingat oleh seseorang yang kita kasihi atau yang pendapatnya kita hargai, sangat  berarti bagi harga diri kita.

Namun mengingat dengan cara yang positif – memastikan kita masih di sana dan yang penting dalam hidup pada akhirnya tidak terlupakan di bawah gelombang waktu – memerlukan sebuah usaha.

‘Terima kasih sudah mengingat’, kita ucapkan karena kodrat kemalasan ego membuatnya mudah terlupakan. Mengingat dengan cara yang negatif – terikat pada luka lama dan tindakan fatal – lebih mudah dilakukan meskipun terkadang kita masih merasakan sengat penyesalan walaupun ingatan negative tersebut sudah memudar dari pikiran kita.

Kata Yunani yang kita terjemahkan sebagai ‘kenangan’ dan kita gunakan untuk membicarakan ‘kenangan Ekaristi’ bukan sekedar mengingat yang mungkin kita lupakan (suatu hari mungkin bisa terjadi) karena sel-sel otak kita sudah aus. Kenangan itu berarti menghadirkan peristiwa yang mempunyai permulaan sejarah tetapi hidup dan pengaruhnya belum kadaluarsa.

Oleh karena kita begitu cepat melupakan banyak hal – apa yang terjadi dua hari yang lalu dalam periode dua puluh empat jam? -  hal-hal yang menunggangi gelombang waktu dan tidak hilang merupakan hal-hal yang penting dan kekuatan yang meningkatkan hidup. Hal  ini memerlukan usaha dan waktu untuk mengingatnya tetapi kemudian kita dipanggil untuk hidup oleh kehadirannya.

Karunia diri tak pernah mati. Karunia ini selalu ada dan dapat diingat kapan saja untuk memperbaharui dan meyakinkan kita bahwa hidup, dengan semua penderitaannya, tidak hanya tentang bertahan hidup saja. Hidup adalah masalah berbuah, kepenuhan.

Inilah arti Ekaristi. Meskipun pada kenyataannya Ekaristi sudah diikat dengan aturan-aturan dan tata cara dan politik agama, energi yang meningkatkan hidup tersebut tak pernah berhenti membuat heran. Inilah saluran kemurahan hati yang tak ada habisnya dari Dia yang tidak dapat melupakan kita.
(Diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yogya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar