Minggu, 01 April 2012

Minggu Palma

Daily Lent Reflections
by Fr. Laurence Freeman, OSB.

Korden diangkat lagi dan secara ritual kita mulai menghitung dan menghidupkan kembali dalam batin sebuah peristiwa besar yang terjadi selama beberapa hari jauh di masa lalu. Dunia tidak berhenti saat hal itu terjadi. Hanya secara simbolis matahari benar-benar menjadi gelap dan selubung kuil terbelah. Perdagangan dan kehidupan emosional orang-orang berjalan seperti biasanya melewati drama singkat yang tragis atas penghinaan dan pelenyapan pion tak berdaya dalam politik dunia. Tontonan pengadilan singkat, penyiksaan publik untuk menjaga kepuasan orang banyak, sebuah eksekusi aktivis agama (atau politik) yang berkibar sejenak dalam imajinasi umum dan kemudian kehilangan dukungan dan tenggelam di antara gelombang masalah publik yang lebih besar dan kepentingan-kepentingan pribadi.

Teman-teman dekat-Nya melarikan diri, kecewa dan mungkin marah pada-Nya, menyelamatkan diri mereka sendiri. Dia ditinggalkan mati hanya dengan ditemani oleh ibu-Nya, seorang murid yang dikasihi-Nya dan beberapa wanita yang setia di kaki salib-Nya.

Dan kita di sini, dalam tahun 2012 menceritakan kisah tersebut dari laporan-laporan yang sedikit terputus tapi tak terlupakan yang ditulis beberapa dekade setelah peristiwa itu terjadi. Kita tidak memiliki kata-kata-Nya kecuali terjemahannya. Dia tidak menulis apapun. Kita tidak tahu sarapan apa yang Dia suka atau siapa Dia seperti yang Dia pikirkan. Dia lebih ada/hadir daripada sosok sejarah atau fiksi yang lain, namun ketika anda melihat-Nya lebih dekat, Dia menjadi kabur dan menghilang. Jika kita berjumpa dengan-Nya kita diubah tetapi kita tidak dapat menggenggam-Nya.

Inkonsistensi dan paradoks yang begitu menjengkelkan pikiran yang rasional ini, jika berjalan secara terpisah merupakan sarana transmisi yang luar biasa. Anak-anak yang menyukai cerita dan mereka yang mengenali nilai karya seni yang besar, sangat senang untuk mengulanginya terus menerus. Dalam kisah ini, pengulangan itu sendiri merupakan tindakan iman yang memperkuat iman sehingga memperjelas visi.

Dampaknya lebih kuat jika kita berakting teater dalam menceritakannya daripada hanya duduk seperti seorang penonton pasif. Dalam kisah ini tidak ada yang hanya menjadi pengamat. Kita memiliki kesempatan yang terbatas dalam satu kehidupan untuk mengulang drama ini kembali dan menembus maknanya. Tidak tahu berapa banyak kesempatan yang kita miliki adalah bagian dari proses yang menghubungkan kita dengan Dia yang menderita dan mati tetapi tidak berhenti sampai di situ.

(Diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar