Minggu, 01 April 2012

Sabtu Prapaskah Minggu V

Daily Lent Reflections 
by Fr Laurence Freeman OSB
 
Umumnya, pengalaman datang terlebih dahulu. Pengalaman pertama selalu memiliki sesuatu yang tak dapat ditebak meskipun kita tahu pengalaman tersebut akan datang, seperti sebuah penantian panjang akan kelahiran atau kematian. Secara sadar kita dapat menunggu suatu pengalaman yang kita tahu ada dalam garis rencana tetapi ketika pengalaman tersebut benar-benar terjadi, perubahan yang tak terduga telah terjadi.
Kemudian pengalaman menyuguhi kita sebuah tantangan dan seringkali sebuah teka-teki. Bagaimana hal tersebut bisa masuk dalam pola kisah kita yang lebih besar? Apakah sepenting seperti kelihatannya?

Apakah memang ada artinya? Kita puas dapat memprediksi masa depan. Hal tersebut membuat kita merasa aman meskipun menurunkan nilai hidup bagi sebuah program komputer. Tetapi kesadaran manusia harus bangkit sampai pada tingkat kenabian yang adalah tentang pencerahan ke dalam saat kini yang memotong seluruh lapisan waktu. Kita harus hidup dengan serius jika kita mau menjadikannya penuh suka cita.

… kamu tidak tahu apa-apa! Kamu tidak insyaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” Hal ini dikatakan Kayafas bukan dari dirinya sendiri. Tetapi, sebagai Imam Besar pada tahun itu, ia bernubuat.

Makna lebih besar dari kita. Jadi, ketika pengalaman dan makna digabungkan dalam visi kenabian, diri kita apa adanya diperluas. Caranya tidak nyaman tetapi ajaib. Pada titik dalam proses tersebut orang berhenti berdebat sejenak. Kita berhenti merasa cemas akan segala hal dan kita beristirahat sejenak dalam kediaman dan keadaan waspada kita hampir dapat menyebutnya penyembahan yang sejati.

Dituntun pada makna sama dengan dituntun pulang ke rumah. Mungkin inilah sebabnya Masa Prapaskah dibangun atas metafora sebuah jalan panjang menuju tanah terjanji dimana kita merasa kerasan dan bahwa (lebih berbahaya) tanah itu milik kita. Juga mungkin inilah sebabnya orang-orang sering mengatakan, saat mereka merefleksikan pengalaman dan makna dari meditasi dalam hidup mereka selama jangka waktu tertentu, bahwa rasanya seperti ‘pulang ke rumah’.
 
(Diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar