Rabu, 05 Maret 2014

RABU ABU

Daily Lent Reflections 2014
Ash Wednesday

Dia tidak pernah mengeluh. Hidup sudah mengajarkan kebijaksanaan kepadanya melalui penderitaan dan kehilangan yang dialaminya, namun dia juga belajar dari waktu tentang sukacita dan pemenuhan kepuasan. Dia tidak membawa banyak beban akan rasa bersalah atau cacat tidak biasa ataupun kesengsaraan. Benar-benar tidak ada alasan baginya untuk merasakan rasa yang menggerogotinya. Dia bahkan tidak yakin apakah rasa tersebut tergolong keinginan atau kesedihan – sesuatu yang dia inginkan atau dia sesali karena tidak memilikinya. Mungkin bahkan ada perasaan aneh yang sering kita miliki saat dalam keinginan yang mendalam – yang tidak akan kita inginkan jika kita tidak tersentuh olehnya dan memilikinya dengan cara tertentu.

Kita adalah misteri bagi diri kita sendiri dan satu-satunya cara untuk memecahkan, mengatasi dan menerima misteri ini: masuk ke dalam absurditas untuk menemukan makna dan masuk dalam ketidak hadiran untuk menemukan sesuatu yang hadir pada kita.

Perasaan ini meresahkan, mengganggu. Perasaan ini mempertanyakan pemahaman kita yang dangkal akan kebahagiaan dan makna hidup. Kita sering berharap kita dapat terbebas dari kehausan tak terpadamkan ini. Namun, inilah salah satu karunia terbesar kita dan suatu peneguhan yang kuat bahwa kemanusiaan kita masih bertumbuh. Prapaskah adalah saat untuk mencari dan mengenali rasa lapar kita akan Allah, keutuhan dan kepenuhan keberadaan kita. Dan kemudian untuk menghargainya apa adanya. Ketika dia belajar untuk mengenali apa adanya, dia siap untuk mulai bermeditasi – lagi.
.
Laurence Freeman OSB

 sumber : WCCM Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar