Sabtu, 23 Februari 2013

Sabtu Minggu I Prapaskah 2013


Daily Lent Reflections - Fr. Laurence Freeman, OSB

Sebagian besar ilmuwan di jaman kita ini tidaklah materialistis. Mereka mengamati alam semesta seperti jaringan keterkaitan, ruang antara benda-benda yang sebenarnya adalah medan hubungan energi – selama ini adalah sumber pemahaman baru tentang manusia, alam semesta dan yang ilahi.


Seperti halnya dengan seni, ilmu terbesar adalah khayalan kosong yang dengan berani menggunakan model baru dari kenyataan untuk menyelidiki siapa dan di mana kita berada. Segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia dengan cara ini adalah dengan kiasan.

Aquinas agung mengatakan kita hanya boleh membicarakan tentang Allah dengan analogi. Yesus menggunakan kiasan yang mengejutkan tentang seorang bapa – ‘bapaku dan bapamu’ – diungkapkan dengan ungkapan yang akrab, abba, untuk menunjukkan relasi dengan misteri terakhir‘yang meneroboskan cahaya yang tak dapat didekati’. Perhatian kita tidak boleh terpecah oleh unsur gender kiasan tersebut atau oleh pengalaman kejiwaan pribadi kita tentang seorang bapa. 

Eileen O’Hea suatu ketika bertanya kepada Dalai Lama ‘jika anda dapat bertemu dengan Yesus, pertanyaan apa yang akan anda tanyakan pada-Nya?’ Dia langsung menjawab ‘apa kodrat alami Bapa?’

Untuk memahami kuasa pembebasan dan pewahyuan dari gambaran dan pemikiran besar ini – baik secara ilmiah dan agama dan, terlebih lagi sekarang ini, kombinasi keduanya – kita butuh ruang pemikiran. Ruang ini adalah ruang gerak cepat tempat kita memahami kiasan-kiasan tersebut tanpa tergoda memasuki pemujaan berhala mereka lalu menerimanya secara harafiah. Bagi para fundamentalis, tidak ada yang lebih menakutkan daripada ruang gerak cepat ini. Mereka sering menyebutnya sebagai “mengosongkan pikiran agar setan dapat masuk”.

Namun orang Kristiani memahami ruang gerak cepat ini adalah ‘kemiskinan dalam roh’ – suatu keadaan pikiran dan hati tempat kita membuka diri pada misteri tersebut dan tidak melekat pada apapun yang dapat kita sebut milik kita atau memiliki kelekatan akan kemilikan emosional. Kita tidak menyerbu dan menjajah ranah kebenaran. Kita bergerak cepat masuk ke dalamnya. Sebenarnya, kita dituntun memasukinya.

Prapaskah adalah saat untuk menciptakan kembali ruang tersebut, untuk membuang kepemilikan dan berhala yang berserakan. Meditasi adalah suatu disiplin yang membuat ini menjadi sebuah pengalaman bukannya sekedar /pemikiran.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar