Kamis, 21 Februari 2013

Rabu Minggu I Prapaskah


Daily Lent Reflections - Fr. Laurence Freeman,


Anak-anak butuh adanya kebiasaan. Kita semua selalu memperbaharuinya seturut keadaan yang berubah Kebiasaan adalah sumber rasa aman dan rasa percaya diri dalam hidup. Tetapi kita semua ingin menghindar dan bebas dari itu - suatu yang kita pikir dapat kita kendalikan dan kita sebut sebagai liburan. 


Kita akan bagaimana jadinya tanpa kebiasaan? Pada tingkat kejiwaan, kebiasaan memberi ketenangan batin (meskipun seringkali kita merasa terjebak). Secara kejiwaan kita mengulang kebiasaan dan pola pikiran yang membosankan itu. Kita sebenarnya jarang memikirkan karena kita hanya mengulang kebiasaan lama menanggapi perasaan yang menyamar sebagai pemikiran. 

Kita menyatakan diri dan gaya hidup kita sesuai dengan kebiasaan kita, baik itu kebiasaan baik maupun kebiasaan buruk, yang terbentuk setiap harinya. Kebiasaan manapun itu akan memberikan rasa aman palsu karena kebiasaan itu seperti mesin saja dan membuat kita jadi tak mampu untuk memasuki sumber daya cipta dan spontanitas yang lebih dalam. Kita kagum dan iri pada orang yang berani melakukan sesuatu diluar kebiasaan mereka. Bahkan kebiasaan baik sekalipun perlu kita sadari. Kita lupa bahwa kita juga mampu seperti orang lain untuk hidup pada saat kini sehingga dapat mengubah kebiasaan yang seperti mesin ini menjadi tatacara yang hidup.

Kebiasaan itu diatur, secara lebih tersusun alami bukannya berpola seperti mesin yang tidak manusiawi, yang hanya sampai tingkat kita hidup kontemplatif - di sini dan saat ini. Bagi John Main, hal ini sama dengan lompatan iman terus menerus, "resiko bagi semua yang dikasihi". Lepaskanlah, sebelum kita yakin apa yang akan terjadi.

Anehnya, meskipun ini adalah kebiasaan yang baik dari meditasi, pagi dan petang, yang memperkuat kemampuan untuk hidup menyeluruh (namun sempurna - tidak ekstrim). Dalam meditasi, kita langsung minum dari sumur keberadaan kita yang sejati dalam saat kini yang abadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar