Rabu, 13 Februari 2013

Rabu Abu

Lent Daily Reflection 2013 - Fr. Laurence Freeman OSB.


Dalam biara yang baru saja saya kunjungi ada sebuah program satu bulan pemulihan dari kecanduan obat yang berhasil. Saya terkesan dengan sumpah yang mereka ucapkan pada awal masa perawatan mereka. Secara harafiah sumpah tersebut adalah sumpah untuk ‘kebenaran’.


Sumpah tersebut melibatkan suatu komitmen untuk mengikuti seluruh program dan tidak menyerah. Atau – menurut kodrat manusia – untuk memulai lagi jika mereka memang menyerah. Sumpah ini dapat diambil atas nama iman mereka sendiri atau atas nama alam semesta. Dalam rumusan apa pun, sumpah ini adalah sebuah tindakan mempercayai diri mereka sendiri, mempercayai kedalaman dan dimensi transenden mereka, dan juga kemampuan mereka untuk menjadi utuh.





Masa Prapaskah adalah program yang serupa. Hari ini banyak umat Kristiani dengan jelas diingatkan kembali akan kefanaan kita oleh abu yang diletakkan di dahi mereka. Hal ini membawa kita ke dalam kedalaman kerendahan hati dan realisme yang membuahkan wisdom dan kesehatan jiwa. Jadi hari ini merupakan sebuah kesempatan. Apakah kita mengambil sumpah untuk tulus terhadap kedalaman dan misteri apapun yang mungkin kita rengkuh saat kita memasukinya?


Apa yang harus kita lakukan? Para tentara dan orang-orang kota pernah mendatangi padang gurung dan bertanya pada Yohanes Pembaptis dengan pertanyaan yang sama. Tradisi kuno mengatakan bahwa ada tiga dimensi asketis – ‘latihan’ – yang merupakan aspek perjalanan rohani. Kita dapat memikirkan untuk memilih satu hal untuk dilakukan dalam setiap kategori.

Mengurangi atau menolak sesuatu. Hanya kita yang tahu – apa kebiasaan yang buruk atau tidak sehat dari hati dan tubuh kita? Apapun yang mengecilkan atau membuang-buang waktu. Apapun yang mengendalikan kita dan memberi kita rasa nyaman yang palsu. Mengawali atau memperkuat sesuatu. Mungkin yang lebih dahulu penting adalah meditasi kita. Memperkuat latihan yang baik akan menyebarkan manfaat di sekeliling pribadi kita, baik batin maupun fisik.

Memberikan sesuatu. Tanpa diketahui. Dan tanpa mengharap untuk diketahui atau dibalas. Bahkan melepaskan kepuasan diri yang mungkin kita peroleh. Bisa dalam bentuk uang atau waktu atau sebuah senyuman kepada kasir yang tampak memelas di supermarket.

Cukup satu hal satu hari tapi tanpa keserakahan untuk menjadi sempurna. Hanyalah niat untuk tulus pada diri kita sendiri.
Dengan demikian, Prapaskah akan mengangkat kita dan jadi menyenangkan. Dan tak lama kemudian kita akan siap untuk menghadapi yang lebih lagi.
"Pahami yang ada di hadapan mu dan apa yang tersembunyi akan dibukakan." (Injil Tomas)

Laurence Freeman OSB
www.wccm.org 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar