Sabtu, 23 Februari 2013

Jumat Minggu I Prapaskah 2013


Daily Lent Reflections - Fr. Laurence Freeman, OSB.


Seperti kita ketahui kisah Marta dan Maria dalam Injil Lukas, stres bukanlah kejadian yang baru. Stres ini sudah melekat dalam jiwa manusia yang kadang-kadang kita merasa tidak dapat mengatasinya. Hidup rasanya menyesakkan, kita rasanya terasing dan putus asa.


Stres tentu saja ada hubungannya. Stress pada seseorang bisa menjadi kesenangan bagi orang lain. Mungkin karena desakan adrenalin atau kebutuhan alami untuk melampaui keterbatasan kita, seorang olah ragawan atau pengusaha wanita menikmati diri mereka berada dalam keadaan yang penuh stres. Sedangkan yang lainnya lebih memilih hidup tanpa gejolak dan menerima dengan nyaman sesuai dengan kemampuan dirinya.

Eu-stres (stress yang menyenangkan) berbeda dengan di-stres.( stress yang menderita) Kreatifitas jarang muncul tanpa tingkatan stress tertentu. Namun jika kebanyakan akan melumpuhkan roh. Bukan hanya masalah tabiat saja. Kekuatan jiwa yang dalam itu pasang surut dan yang dapat kita atasi suatu hari membingungkan kita selanjutnya.

Unsur yang diperlukan, yang seringkali hilang ketika kehidupan berjalan sangat cepat dan tak terkendali, adalah pertimbangan dan kesadaran diri yang baik. “Bolehkah aku mengenal diriku supaya aku dapat mengenal Engkau,” adalah doa St. Agustinus – seorang santo yang agak stres dan seorang kepala tata usaha, tampak dari tulisan-tulisannya yang keras. Kita semua perlu tahu kapan stres mencapai daerah merah, kapan kita butuh bantuan orang lain, kapan kita perlu berhenti.

Dari mana pengenalan dan pengendalian diri ini berasal? Tekanan darah dan indikator yang dapat diukur lainnya dapat membantu. Teknik-teknik dan program-program mungkin bermanfaat. Tetapi pengenalan diri timbul dari tingkat kesadaran dalam batin. Setiap orang memilikinya, namun belum semua orang membuka jalan masuk kesitu. Kebijaksanaan spontan dan alamiah yang tampaknya saja bertentangan dan yang memungkinkan kita menyesuaikan karya kita pada kekuatan dari dalam dan luar yang selalu berubah adalah buah-buah disiplin kita. Banyak gaya hidup masa kini yang menyebabkan stres buruk. Sedikit sekali budaya atau kebiasaan pribadi kita yang didisiplinkan.

Selama kita menganggap meditasi yang utama adalah suatu teknik untuk mengurangi stres, hasil yang kita dapatkan terbatas. Perubahan yang lebih dalam dan lebih besar akan terjadi saat kita memahami meditasi adalah suatu disiplin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar