Senin, 02 Maret 2015

SENIN MINGGU KEDUA PRAPASKAH

WCCM Lent Reflections
Monday 2nd week Lent 2015
Lukas 6:36-38:
“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.”

Inilah moralitas dasar, sebuah variasi dari aturan emas semua tradisi wisdom – perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan. Aturan ini menjamin dunia yang adil dan damai. Sebagai moralis Yesus tegas dan menuntut namun tidak aneh-aneh.


Berita akhir-akhir ini telah membuat kita depresi dengan bertambahnya kisah-kisah umum tentang keserakahan, bankir yang tidak jujur dan politisi munafik yang mencari keuntungan sendiri. Kita mengharapkan mereka, jika tidak lebih baik dari kita, setidaknya lebih baik dalam meloloskan diri dari hal-hal negatif tersebut atau atau menjaga nafsu keserakahan mereka di bawah ukuran kendali tertentu. Mereka kekurangan moralitas dasar dan kesusilaan dengan mencoba mengutip frasa Yesus tentang ‘takaran yang baik’ tanpa melaksanakan takaran yang sama. Mereka nyaris tidak dapat disalahkan karena dinobatkan dan dipermalukan, meskipun kita yang melakukannya harus memeriksa balok di mata kita sebelum kita menghakimi dan mengutuk. Bagaimanapun juga sulit bagi kita untuk berhenti meneguk begitu anda memulainya. Apakah kita mengutuki prinsipnya ataukah takarannya? Di samping saya ada satu mangkok popcorn saat saya menulis dan saya dapat membuktikannya.

Tapi, dalam ajaran hari ini sang Guru juga menyatakan inti mistik moralitas. Itulah sebabnya Vaclav Havel berbicara tentang perlunya transendensi dalam dunia postmodern. Karena kita sekarang telah berpindah dari postmodern, kita mungkin menghubungkannya dengan kebutuhan mistis dalam masyarakat sekular. Kita memerlukannya karena memang ada di sana dan kita tidak dapat dipuaskan dengan membiarkan kebenaran tersebut ditindas.

Moralitas mengatakan untuk memperlakukan orang lain seperti engkau ingin diperlakukan. Hal ini membuat kita dapat berkata, jika tidak terjadi, maka mata ganti mata (balas dendam). Jadi kita perlu melihat yang mistik, yang transenden, yang mendasari moral tersebut. (Mengusung keadilan dengan kasih). Dalam ungkapan tentang takaran yang baik inilah ‘yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu’.

Takaran yang tak dapat diukur karena tumpah keluar dari wadah. Transenden. Misteri karunia altruistik (mendahulukan kepentingan orang lain), kemurahan hati sejati. Dan perhatikan ‘dicurahkan ke dalam’.  Bukan  hasil yang diperoleh, bukan hasil yang dipanen, bukan kebetulan atau sekedar sebab dan akibat. Apa yang dicurahkan?

Dan bukan ke dalam rekening karma semesta anda. Ke dalam ribaanmu.
(Ya, mangkoknya kosong).

Salam kasih,

Laurence Freeman OSB

Diterjemahkan : Sisca Indrawati H - WCCM Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar