Kamis, 30 Juli 2020

Menjauhkan Dari Keegoisan




Bacaan Harian Bersama John Main
30 Juli 2020

Semakin banyak orang yang menyadari bahwa dalam dunia modern ini kita telah kehilangan kontak dengan yang terpenting. Kita kehilangan kontak dengan keberadaan dasar kita, pusat diri kita. Akibatnya, masalah yang kita hadapi adalah kita berhenti melihat praktek agama kita atau praktek hidup rohani kita sebagai suatu disiplin. Seringkali kita melihat komitmen agama atau komitmen rohani sehubungan dengan manfaat yang kita peroleh.


Ada seorang anak muda dari London yang tinggal bersama kami tahun lalu dan ketika kami sedang berbincang-bincang pada suatu hari, dia mengatakan: “Tahukah anda, Romo John, anda akan kaget kalau anda mendengarnya, tetapi saya dulu tidak mau beragama saya karena saya tidak mendapatkan apa-apa dari situ. Wah, bila saya memikirkannya sekarang, saya terjaga di malam hari dan keringat dingin mengalir ke tulang belakang saya. Bayangkan, saya dulu memikirkan apa yang akan saya dapatkan dari agama”. Ia baru saja mulai menjalin kontak kembali.

Saya membayangkan kita semua telah mengadopsi pendekatan yang terpusat pada ego dalam praktek agama maupun hidup rohani pada suatu waktu. Kita juga perlu menyelidiki kodrat kehidupan beragama kita untuk menemukan suatu cara mulai mengurangi unsur egoistis di dalamnya. Kita perlu direngkuh oleh kebenaran sehingga nilai-nilai agama kita tidak dimanfaatkan atau dijadikan percobaan karena mereka – dan kekudusan yang diwaklinya – memerlukan komitmen kita. Saat kita mulai berkomitmen, kita telah memulai perjalanan ini. Inilah perjalanan yang membutuhkan disiplin, dan tantangannya bagi kita ialah perjalanan ini menjauhkan kita dari keegoisan kita.

The Way of Unknowing


 
Refleksi Bacaan Harian Bersama John Main
30 Juli 2020

Apakah kita menjalankan praktek keagamaan kita, seperti berdoa, pergi ke gereja, adorasi, berdasarkan niat kita yang tulus untuk menyembah Tuhan, menyembah-Nya dalam Roh dan dalam Kebenaran? Atau apakah kita melakukannya atas dorongan kita untuk mendapatkan sesuatu, dorongan yang melibatkan ego kita?

Pater John Main mengingatkan kita dalam bacaan hari ini, “Saya membayangkan kita semua telah mengadopsi pendekatan yang terpusat pada ego dalam praktek agama maupun hidup rohani pada suatu waktu. Kita juga perlu menyelidiki kodrat kehidupan beragama kita untuk menemukan suatu cara mulai mengurangi unsur egoistis di dalamnya.”

Meditasi Kristiani adalah doa iman. Meditasi Kristiani adalah doa murni. Kita bermeditasi bukan untuk mendapatkan sesuatu. Kita bermeditasi untuk melepaskan sang diri, melepaskan keterikatan kita pada keakuan kita, ego kita. Dalam meditasi kita masuk dalam keheningan yang mendalam melalui pengucapan mantra Maranatha. Kita tidak berpikir tentang Allah, kita tidak menganalisa arti kata doa itu. Kita hanya mengucapkannya senantiasa dengan hati yang penuh cinta, dengan sabar dan setia pada kata doa itu selama waktu meditasi.

Dalam meditasi kita menyadari betapa miskinnya kita di hadapan Allah. Kita menyadari bahwa kita membutuhkan Allah, satu-satunya sumber pengharapan kita. Dan Ia sungguh hadir dalam hati kita dan sangat mencintai kita.

Pater John Main mengatakan bahwa Meditasi Kristiani tidak menghilangkan bentuk doa lainnya. Saat kita melakukan meditasi dengan tekun dan setia maka kehidupan doa kita, kehidupan pribadi kita diperbaharui, disegarkan, dan dipulihkan, menjadi semakin selaras dengan kehendak Bapa.

Apakah setelah kita tekun dan setia bermeditasi kita akan tetap sama dalam kehidupan doa kita, dalam hidup keseharian kita? Bukankah kita akan berdoa dan menyembah Tuhan dalam Roh dan dalam Kebenaran?

Tuhan memberkati. 🙏
Berkah Dalem. 💖


Sumber : WCCM Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar