Sabtu, 25 Februari 2012

Sabtu setelah Rabu Abu

Laurence Freeman, OSB.

Satu praksis Prapaskah yang lain, tentu saja gaya hidup Injil, adalah sedekah. Sedekah biasanya dihubungkan dengan memberi uang untuk alasan kebaikan tetapi itu hanya sebagian dari arti sebenarnya. Seperti yang digambarkan oleh Yesus dengan reaksinya atas seorang janda miskin yang memberikan dua peser ke dalam peti persembahan di Bait Allah – dia memberi lebih dari orang kaya karena dia memberi dengan lebih murah hati daripada mereka – (bdk Luk21:3) arti spiritual dari memberi tidak diwujudkan dengan jumlah nol. Memberi dalam jumlah sedikit bisa berarti memberikan segalanya secara spiritual.


Kita bisa jadi memberi untuk membuat diri kita merasa lebih baik atau kelihatan baik. Atau kita bisa memberi karena kebutuhan orang lain telah menyentuh kita begitu kuat sehingga ego kita hanyut oleh gelombang kasih. Atau karena suatu penglihatan telah merasuki cara kita berpikir dan menginspirasi kita untuk ikut terlibat di dalamnya. Memberi itu secara relative memang mudah. Namun, jarang  kita mencapai puncak keindahan memberi tanpa memperhitungkan akibatnya, dimana kita benar-benar memberikan diri kita lewat pemberian tersebut.

Jika keadaannya memang tepat, kita dapat memberi dengan mudah. Tetapi melepaskan pemberian itu lebih sulit. Kita mungkin lekat pada syarat-syarat atau tuntutan-tuntutan atas pemberian tersebut sehingga secara psikologis mencegah kita untuk meninggalkan kepemilikan kita selamanya. Terkadang orang datang untuk melamar menjadi anggota suatu komunitas dan memberi tahu anda betapa banyak bakat dan pengalaman luar biasa yang harus mereka sumbangkan sehingga membuat komunitas itu berterima kasih dan layak atas pemberian mereka.

Sedekah sesungguhnya lebih dari sekedar uang. Sedekah juga berarti pemberian waktu, atau perhatian, membagikan karunia kita atau hanya sekedar berbagi perjuangan atau penderitaan yang dialami orang lain. Memberi dan melepaskan berarti masuk dalam jalur cepat kehidupan spiritual. Diam adalah jalan untuk masuk ke jalur tersebut – diam yang adalah titik pemusatan energy – dan kemiskinan roh adalah kekuatan untuk melepas kepemilikan.
(apm)


(Diterjemahkan oleh : Fransisca Hadiprodjo; re edit alex - wccm yk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar