Jumat, 24 Februari 2012

Jumat setelah Rabu Abu

Laurence Freeman, OSB

Agama tanpa praxis adalah kemunafikan. Dalam bahasa Yunani, kata ini berarti sesuatu yang dilakukan oleh orang bebas. Artinya membuat teori dan niat-niat baik menjadi kenyataan. Secara rohani artinya hidup pada tingkat pengalaman. Dalam praxis kita masuk dalam sebuah proses daripada hanya mengincar sasaran. Oleh karena itu kita juga menerima dan bekerja dengan ketidaksempurnaan kita – karena, bagaimanapun baiknya praksis kita, kita tidak mengincar kesempurnaan kita sendiri. Hal ini akan membuat kita langsung terjebak dalam perangkap ego.


Praksis itu praktis tetapi juga cukup rumit karena melibatkan pemurnian motivasi kita. Saat kita mempraktekkan teori secara rohani, kekuatan egosentris dari motivasi kita berkurang. Perlahan-lahan kita mendapati diri kita melakukan kebaikan hanya oleh karena kita menjadi lebih baik, hanya untuk kebaikan dan bukan untuk kepuasan kita sendiri. Buah-buah kebaikan adalah ganjarannya. Kita mengasihi Allah demi Allah bukan karena keuntungan-keuntungan yang dapat kita dapatkan dari hubungan khusus kita dengan-Nya. Jika hal ini terdengar teoritis, terapkanlah pada perubahan motivasi anda dalam bermeditasi, selama beberapa lama, maka maknanya akan menjadi lebih jelas.

Spiritualitas Kristen mengenal tiga bentuk praksis yang erat hubungannya dengan siapa saja yang ingin membuat Prapaskah ini berarti: PUASA, SEDEKAH, dan DOA.

Beberapa orang berpuasa atau berpantang daging setiap Jumat selama Prapaskah – berpuasa umumnya berarti hanya makan utama satu kali dan tidak mengemil. Tetapi berpuasa dapat juga diterapkan pada hal lain selain makanan. Kita dapat mengurangi hal-hal lain yang kita konsumsi atau yang kita ambil dari media, kebiasaan, yang dengan mudah menjadi tak terkendali seperti halnya menonton TV, bermain iPod, sms, browsing web, membaca majalah atau belanja lebih dari yang kita perlukan.

Dalam meditasi kita masuk ke akar karena dengan praksis rohani yang mendasar, semua ketidak seimbangan dan ekstrimisme tersebut menjadi berpusat pada orang lain. Itulah sebabnya hal ini membuat kita merasa lebih baik, karena praksis tersebut membuat kita dapat mengalami apa arti kebaikan yang sesungguhnya.
(apm)

(Diterjemahkan oleh : Fransisca Hadiprodjo; re edit: alex pm - WCCM Yk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar