Minggu, 26 Februari 2012

Minggu Pertama Prapaskah



Laurence Freeman,OSB.

Hidup menyuguhkan berbagai wajah realita kepada kita dengan urutan yang selalu tidak dapat ditebak. Naik bus atau membuat keputusan untuk pindah ke rumah baru mungkin merupakan kejadian-kejadian yang tidak penting yang mudah dilupakan artinya, atau semua itu bisa menjadi batu loncatan dalam hidup kita oleh karena akibat-akibat yang ditimbulkannya.
 
Unsur-unsur kehidupan yang acak dan tak dapat kita sadari berada di luar kendali kita. Jika kita mempersonifikasikan ke-acak-an ini – atau bahkan karma – sebagai Allah atau setan, karena akibat-akibatnya bagi kita saat itu sepertinya baik atau buruk, kita mungkin menikmati kelegaan sejenak atas penjelasan langsung akan sesuatu yang sedang terjadi. Tetapi kita kehilangan maknanya dan sekaligus juga kebenaran yang membebaskan kita dari ilusi.

Yesus dibawa ke gurun selama empat puluh hari dan dicobai – diuji – oleh ego yang jelas-jelas kuat dan maju. Kecukupan diri, harga diri dan kekuasan adalah suara-suara yang menggoda setiap saat tetapi terutama saat kita di padang gurun. Tempat ini terbuka dan rapuh, tempat identitas ego kita bergantung dan kita menghadapi ego pertahanan diri yang belum matang dan telanjang dan juga peningkatan diri. Ego yang telanjang, bahkan egotism kita sendiri, membuat pikiran sadar kita muak. Maka kita menyembunyikannya, menyangkalnya atau menolak untuk menerima tanggung jawabnya dengan menganggapnya sebagai kekuatan setan di luar diri kita.

Menurut cerita injil, Yesus tanpa takut menghadapi ego-Nya sendiri, melihatnya dan mengenali suara-suaranya sebagai ilusi. Begitu kita melihat ilusi-ilusi yang kita ciptakan sendiri, kita akan dibebaskan. Meskipun mereka kembali untuk menguji kita lagi, kita menjadi lebih kuat dalam mengenali dan menolaknya. Setiap ujian membuat kita lebih realistis. Setelah ujian, kita dapat santai sejenak dan melalui situasi-situasi kehidupan kita yang alami dan biasa, kita merasakan suatu kekuatan yang membaharui dan melegakan menyentuh kita. "Kemudian iblis meninggalkan Dia, dan malaikat-malaikat melayani Dia".

Doa, praksis ketiga yang luar biasa dari kehidupan Kristiani, adalah padang gurun. Tugasnya adalah menghadapi ilusi-ilusi kita dan menjadi realistis.


(Diterjemahkan oleh : Fransisca Hadiprodjo; re edit: alex - wccm yk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar