Selasa, 24 Februari 2015

SELASA MINGGU PERTAMA PRAPASKAH



WCCM Daily Lent Reflections
Tuesday 1st week Lent 2015
Matius 6:7-15:
"Bapa Kami yang ada di Sorga"

Setetes air yang menggantung di bagian bawah sebatang ranting kurus dari sebuah pohon gundul adalah gambaran Allah yang lebih dekat daripada gambar-gambar yang kita ciptakan tentang tahta di tempat suci atau kursi kulit di ruang CEO.


Mengapa kita ingin membuat Allah semacam kekuatan yang luar biasa yang bekerja dengan (seperti yang suka kita bayangkan) campur tangan dan mengendalikan situasi dan membuat hal-hal menjadi nyaman bagi orang-orang yang dikasihi-Nya? Kita membayangkan Bapa kita di sorga duduk di atas tahta perkasa karena sorga itu seperti lounge kelas satu, jalur cepat, klub eksklusif. Anda berharap menemukan perabot yang terbaik di tempat-tempat seperti itu. Allah yang digambarkan dan diproyeksikan seperti itu tidak akan pernah bisa disentuh dan dikenal karena – seperti halnya orang-orang kaya, terkenal dan semua pialang kekuasaan di dunia ini – dia harus disembah, ditakuti dan disanjung dari jarak tak terjembatani yang didirikan antara orang biasa dan yang ilahi.

Namun, bagaimana jika kodrat sejati dan ‘kuasa’ Allah dinyatakan dalam kiasan manusia yang berbeda. Bagaimana jika sorga adalah tempat dimana tidak ada perbedaan sosial, dimana yang lemah lebih kuat daripada yang menindas? Kerapuhan, kelembutan, yang terpinggirkan, yang sederhana itu indah daripada  yang megah? Semua itu sulit untuk dipercaya sebagai simbol akan ‘Allah’, makna kata kerja dan sorga, tempat tanpa ruang. Namun mereka menyatakan kebenaran yang lebih besar dan meninggalkan kesan yang lebih mendalam. Mereka membawa kita lebih dekat untuk melihat apa itu kebenaran dengan membantu kita melihat segala hal seperti apa adanya, dalam dunia dimana kita biasanya merajut ilusi keberhasilan untuk menyembunyikan ketakutan dan rasa tidak aman kita.

Dalam hari yang diseimbangkan dengan tuas ganda meditasi pagi dan petang, kelembutan sejati yang kuat dari hidup menang atas kebiasaan khayalan. Masa Prapaskah, saat dimana semangat pengendalian diri dan perhatian penuh pada detil mempertajam persepsi kita dan melembutkan kecemasan kita, Allah dan sorga turun ke dunia.

Salam kasih,
Laurence Freeman OSB

Diterjemahkan : Fransisca Indrawati H - WCCM Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar