Minggu, 23 September 2012

Perjalanan Meditasi Kita

Siriakus Maria Ndolu, OCarm


Perjalanan meditasi pada dasarnya adalah sebuah perziarahan ke dalam pusat hati kita, tempat yang sangat suci di mana Roh Kudus tinggal dan kita menemukan Kristus. Bapa padang gurun abad IV, Evagrius, menggambarkan tahap-tahap yang akan kita lalui dalam perjalanan dan perziarahan rohani kita, yaitu :




Tahap I - Pertobatan.

Ketika kita pertama-tama mulai meditasi, kita terlebih dahulu merasakan semangat pertobatan. Semangat ini tampaknya mudah untuk kita lakukan dan kita memulai dengan antusiasme dan komitmen pada periode meditasi kita.

Tahap II - Disiplin.

Disiplin akan menjadi sebuah kegembiraan. "Semua jalan menuju Surga adalah Surga" kata St. Katarina dari Siena. Kita mempraktekkan disiplin bermeditasi tanpa meminta "hasil" dan tanpa harapan. Kita acuh tak acuh terhadap dua gangguan yaitu : pelanturan dan rasa gembira dalam keheningan.

Tahap III - "Setan Accedia"

Setiap meditator akrab dengan setan yang disebutkan oleh Evagrius ini. Setan ini kelihatan dalam rasa kecewa yang kita alami dalam perjalanan meditasi kita sebuah saat kekeringan, kebosanan, pergulatan, dan pelanturan. 

Perasaan-perasaan yang ditekan dan kenang-kenangan barangkali muncul ke permukaaan. Allah tampaknya tak hadir. Tidak ada hiburan, kita tidak lagi sadar akan kehadiran cinta Allah. St Yohanes dari Salib menyebutnya "Malam Gelap Jiwa".

Thomas Merton mengatakan "Hanya ketika kita mampu melepaskan segala sesuatu yang ada di dalam diri kita, semua keinginan untuk merasakan dan mengalami hiburan Allah, hanya pada saat itulah kita sungguh-sungguh dapat mengalami kehadiran-Nya.

Yang mesti kita lakukan dalam situasi ini adalah
  1. Bertahan di dalam pengulangan kata doa dengan setia dan menerima kemiskinan-Nya. "Berbahagialah orang yang miskin dalam roh, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga" (Mat 5:3)
  2. Kita percaya bahwa Allah mendampingi kita, hadir mencintai kita dan tidak akan pernah membiarkan kita dicobai diluar kekuatan kita.
  3. Sadar bahwa apa yang sedang kita alami adalah sebuah pengalaman yang memurnikan, sebuah tantangan untuk mengatasi keterpusatan pada diri kita , untuk bermeditasi tanpa ganjaran; untuk bermeditasi tanpa diserang oleh pelanturan. Hanya dengan begitulah kita akhirnya mengatasi semua perlawanan dan dibawa kepada pengenalan diri yang benar, kita dimurnikan dan dikuatkan.
Tahap IV - Apatheia.

Sebuah ketenangan yang sungguh mendalam. Pada saat ini, aliran pikiran dan perasaan telah ditenangkan, topeng-topeng ego telah ditanggalkan. Semua konsep pikiran di transedensikan. Ya kita mengalami ketenangan, kebahagiaan, dan kegembiraan.

Tahap V - Agape.

Pengalaman tertinggi akan segalanya. Sebuah rasa kesatuan dan universalitas, sebuah cinta Allah  tidak bersyarat. Buah-buah meditasilah yang merupakan ujian yang benar dari kemajuan itu. Sebuah pertumbuhan dalam cinta, belaskasih, keterpusatan pada yang lain dan damai.


(Diringkas oleh Sr. Christera ADM.; Sumber "Meditasi Kristiani" Jalan Sederhana Menjumpai Allah; Siriakus Maria Ndolu, OCarm; Penerbit Kanisius, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar