Rabu, 17 Oktober 2012

Ketekunan: Pintu menuju Hidup yang Berbuah



Fr. Siriakus Maria Ndolu, OCarm

 "Yang menabur dengan bercucuran air mata, 
akan menuai dengan bersorak-sorai,
Ia pergi dengan menangis sambil membawa kantong benihnya;
ia pulang sambil bernyanyi membawa berkas panennya"
(Mzm 126:5-6)

Dalam perjalanan rohani, ketekunan merupakan sikap mental-sikap batin atau keutamaan yang hakiki. Ketekunan memampukan orang untuk terus berada dalam perjalanannya bahkan ketika ia memasuki padang gurun. Nasihat para pertapa kuno : "bertahan, jangan lari" merupakan nasihat untuk tetap bertekun.


Dalam Meditasi, kita tahu apa yang sedang kita cari. Secara sederhana kita dapat langsung mengatakan bahwa kita mencari Allah, kita mau selalu sadar akan hadirat-Nya. Kita mau terus menerus hidup dihadapan-Nya. Kita mau tinggal di dalam-Nya. Allah yang kita cari dan bukan pengalaman fenomenal yang mendatangkan decak kagum dan keterperangahan.

Ketika kita tidak lagi menyadari bahwa sesungguhnya kita mencari Allah dan Allah itu bernilai dalam hidup kita, maka kita kehilangan energi untuk berjalan mencari, kita kehilangan motivasi untuk bertahan dalam perjalanan yang sukar dan berat ini. Kita menyerah dan mundur.

Dalam Meditasi, kita mau menyadari kembali nilai Allah dalam hidup kita. Betapapun sempit dan terjal jalan yang sedang kita tempuh, bila hati kita mempunyai kerinduan yang membara akan apa yang sedang kita cari (Allah) kita akan dapat berkata bersama St. Yohanes dari Salib "Kekasihku kucari, gunung dan pantai kulewati, bunga tidak kupetik".Pepatah Inggris berkata: "kerinduan (cinta) selalu mempunyai jalannya sendiri". Bagi hati yang mencinta dan merindu, tidak ada yang namanya jalan buntu. Sebab, cinta dan kerinduan itu kreatif. Karena itu, betapa mendesaknya kita memohon kepada Allah kejernihan pikiran, budi dan hati kita untuk mampu melihat peran penting Allah dalam hidup kita.

(Disarikan oleh : Sr. Christera, ADM; Sumber : "MEDITASI KRISTIANI, Jalan Sederhana Menjumpai Allah";  Siriakus M. Ndolu, OCarm; Penerbit Kanisius, 2009)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar