Minggu, 05 Februari 2017

Tinggal dalam keheningan

Bahasa tidak mampu menerangkan secara penuh suatu misteri. Itulah sebabnya mengapa keheningan dalam meditasi menjadi begitu penting. Kita tidak berusaha untuk berpikir tentang Allah, berbicara kepada Allah atau berimajinasi tentang Allah. Kita tinggal dalam keheningan yang mengagumkan dan terbuka pada keheningan abadi dari Allah. Kita menemukan dalam meditasi, melalui latihan dan diajar setiap hari oleh pengalaman kita, bahwa meditasi ini adalah sesuatu yang alami bagi kita semua. Diri kita bertumbuh dan berkembang dalam keheningan abadi dan untuk inilah kita diciptakan.


Tetapi "Keheningan" sebagai sebuah kata, telah memberikan pemahaman yang salah tentang pengalaman meditasi dan yang mungkin menyebabkan banyak orang tidak mau bermeditasi, karena kata itu seolah-olah memberikan kesan tentang suatu pengalaman yang negatif, yaitu ketiadaan suara dan bahasa. Orang takut akan keheningan meditasi karena keheningan dinilai sebagai sesuatu pengalaman mundur. Tetapi tradisi dan pengalaman kita mengajarkan bahwa keheningan dari doa bukanlah keadaan sebelum kita menggunakan bahasa tetapi keadaan sesudah penggunaan bahasa, yang berarti bahasa telah menyelesaikan tugasnya sebagai penyampai pesan bagi kita dan sekarang kita memasuki daerah di luar bahasa dan daerah di luar kesadaran pikiran kita.

Keheningan abadi bukanlah ketiadaan sesuatu atau ketiadaan yang menjauhkan kita dari segala sesuatu. Itu merupakan keheningan cinta, penerimaan yang tanpa pamrih. Kita tinggal disana bersama Bapa kita yang mengundang kita untuk berada disana, yang mencintai kita untuk berada disana dan yang menciptakan kita untuk berada disana.

( Word Made Flesh – John Main, OSB)

 sumber www.wccm.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar