Kamis, 30 Januari 2014

KESEDERHANAAN YANG PENUH

 
... Kita dipimpin menuju pada kesederhanaan yang penuh itu, tetapi kita mulai dan terus mengucapkan mantra...

Inilah tujuan meditasi kita yaitu untuk menuntun kita menyadari secara penuh siapakan diri kita yang sesungguhnya, dimana kita berada, untuk tidak membuang waktu dengan selalu menunda komitmen kita. Kita harus berpijak pada kenyataan saat kini dimana kita dapat melihat keindahan diri kita. Kita harus menjadi tenang. Kita harus belajar bagaimana memperhatikan dengan tekun dan setia kenyataan dari diri kita pada masa kini. Père de Caussade*) menyebutnya "sakramen masa kini" dan mantra menuntun kita untuk menyadari secara penuh keabadian ilahi. Mantra adalah sakramen untuk menyadari masa kini.

Kita selalu diingatkan bahwa kita tidak dapat memaksakan proses meditasi dengan cara apapun. Atau dengan kata lain, kita tidak dapat mempercepat proses alami meditasi. Mantra akan berakar dengan sendirinya dalam hati kita kalau kita tekun dan setia mengucapkannya. Kita tidak perlu menanyakan pada diri kita, "Sejauh mana saya maju? Apakah saya mengucapkan mantra, menggemakan atau mendengarkannya?" Jika kita memaksakan proses atau selalu memperhatikan kemajuan yang sudah dicapai, maka dapat dikatakan bahwa kita tidak bermeditasi karena perhatian kita terpusat pada diri kita sendiri, mementingkan diri kita sendiri, memikirkan diri kita sendiri. Meditasi membutuhkan kesederhanaan yang penuh. Kita dipimpin menuju pada kesederhanaan yang penuh itu, tetapi kita mulai dan terus mengucapkan mantra.

John Main - Word into Silence

*) Jean Père de Caussade, (1675-1751), adalah seorang imam Yesuit Perancis dan penulis terkenal Pengabaian karyanya Ilahi dan karyanya dengan Nuns dari Visitasi di Nancy, Prancis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar