Daily Lent Reflections
by Fr. Laurence Freeman OSB
by Fr. Laurence Freeman OSB
Manusia selalu
melihat dunia sebagai siklus alam yang besar. Segala sesuatu yang pernah
terjadi akan terjadi lagi, kata salah satu buku Amsal dalam Kitab Suci. Musim
berputar seperti rasi bintang, dapat diperkirakan dan memberi kepastian bagi
orang-orang di bawah yang mengalami perubahan dan mati. Pengulangan memiliki
sisi ganda: melegakan oleh karena dapat diperkirakan, membosankan oleh karena
kesamaannya. Jadi kita berusaha untuk memperoleh yang terbaik dari kedua dunia
tersebut, mencari perubahan karena mungkin dapat memenuhi keinginan kita dengan
lebih baik tetapi tetap berpegang pada status quo karena, meskipun tidak
lengkap, inilah yang terbaik yang kita tahu.
Mungkin sepanjang
sejarah manusia dan sebagian besar hidup kita, kita habiskan untuk mengkotakkan
lingkaran ini.
Siklus alam
adalah dentum bass. Tetapi di atasnya kita mempersiapkan keragaman yang kreatif
yang memberi kita kebebasan dari semua bentuk monotonnya. Begitu semangat
penciptaan dibebaskan kita akan merasa tersambung dengan sumber pengulangan
berputar yang tak pernah membosankan dan selalu baru. Pengalaman akan Allah
sebagai sumber dari segala yang ada merupakan tujuan akhir dari semua usaha dan
keinginan manusia bahkan yang paling terdilusi/tertipu dan paling kasar. Seperti
migrasi besar di alam yang terus menerus terjadi di sekeliling kita, kita
selalu pulang ke rumah karena di sanalah kita dapat memperoleh pemenuhan dan
merasa damai, aman dan dapat berkembang.
“Bapa di dalam Aku
dan Aku di dalam Bapa”
Dalam peziarahan,
dalam eksodus besar oleh karena penindasan roh, kita menyadari bahwa kita membawa
kepulangan kita ke rumah di dalam diri kita dan bahwa kita menuju ke sana dalam
siklus penemuan dan pelepasan, menemukan dan kehilangan. Dalam eksodus harian
meditasi kita, kita memutar roda doa dan roda itu selalu membawa kita ke suatu
tempat yang baru.
(Diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar