Daily Lent Reflections
by Fr Laurence Freeman
OSB
Umumnya,
pengalaman datang terlebih dahulu. Pengalaman pertama selalu memiliki sesuatu
yang tak dapat ditebak meskipun kita tahu pengalaman tersebut akan datang,
seperti sebuah penantian panjang akan kelahiran atau kematian. Secara sadar
kita dapat menunggu suatu pengalaman yang kita tahu ada dalam garis rencana
tetapi ketika pengalaman tersebut benar-benar terjadi, perubahan yang tak
terduga telah terjadi.
Kemudian
pengalaman menyuguhi kita sebuah tantangan dan seringkali sebuah teka-teki.
Bagaimana hal tersebut bisa masuk dalam pola kisah kita yang lebih besar?
Apakah sepenting seperti kelihatannya?
Apakah memang ada
artinya? Kita puas dapat memprediksi masa depan. Hal tersebut membuat kita
merasa aman meskipun menurunkan nilai hidup bagi sebuah program komputer. Tetapi
kesadaran manusia harus bangkit sampai pada tingkat kenabian yang adalah
tentang pencerahan ke dalam saat kini yang memotong seluruh lapisan waktu. Kita
harus hidup dengan serius jika kita mau menjadikannya penuh suka cita.
… kamu tidak tahu apa-apa! Kamu
tidak insyaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa
kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” Hal ini dikatakan Kayafas bukan
dari dirinya sendiri. Tetapi, sebagai Imam Besar pada tahun itu, ia bernubuat.
Makna lebih besar
dari kita. Jadi, ketika pengalaman dan makna digabungkan dalam visi kenabian,
diri kita apa adanya diperluas. Caranya tidak nyaman tetapi ajaib. Pada titik
dalam proses tersebut orang berhenti berdebat sejenak. Kita berhenti merasa
cemas akan segala hal dan kita beristirahat sejenak dalam kediaman dan keadaan
waspada kita hampir dapat menyebutnya penyembahan yang sejati.
Dituntun pada
makna sama dengan dituntun pulang ke rumah. Mungkin inilah sebabnya Masa
Prapaskah dibangun atas metafora sebuah jalan panjang menuju tanah terjanji
dimana kita merasa kerasan dan bahwa (lebih berbahaya) tanah itu milik kita. Juga
mungkin inilah sebabnya orang-orang sering mengatakan, saat mereka
merefleksikan pengalaman dan makna dari meditasi dalam hidup mereka selama
jangka waktu tertentu, bahwa rasanya seperti ‘pulang ke rumah’.
(Diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar