Daily Lent Reflections
by Laurence Freeman, OSB
Kami mengawali
retret Pekan Suci di Bere Island kemarin. Di antara Liturgi, waktu meditasi,
waktu refleksi dan sharing mengenai simbol-simbol Sengsara Yesus yang misterius
dan tak terlupakan, kami akan berusaha bersama anda semua yang telah membaca
refleksi-refleksi ini untuk mempersiapkan tiga hari besar.
Masing-masing latihan
rohani tersebut – meditasi, liturgi, lectio – memperkuat satu dengan yang lain.
Seperti sebuah tarian, mereka berputar bersama tanpa berkompetisi atau
berbenturan, seperti persatuan ilahi itu sendiri.
Semakin dalam
kita maju dengan bantuan mereka, semakin kita menyadari keutuhan kita.
Keterpecahan dan pergumulan di dalam diri kita sendiri semakin berkurang dan juga
antara diri kita dengan orang lain. Perjalanan yang semakin mendalam merupakan
penyembuhan segala sesuatu di dalam hidup kita yang telah menyakiti atau
merusak kita, menahan diri kita dari kepenuhan keberadaan yang telah dirancang
bagi kita.
Tetapi yang
menjadi pusat perhatian adalah Yesus, bukan diri kita. Jika kita berpusat pada
diri sendiri, bahaya yang akan terjadi adalah kita terjebak dalam keterpusatan
diri sendiri (seringkali tanpa kita ketahui). Tetapi berpusat pada Dia berarti menghindari
jebakan egotisme dan terjun dalam kebebasan diri sejati yang besar di mana kita
menjadi satu dengan Dia; dan kemudian kita masuk dalam kebebasan kesatuan ilahi
yang bahkan jauh lebih besar dimana segala yang manusiawi di-ilahikan/dikuduskan.
Berpusat pada
Yesus menunjukkan pada kita bahwa kita melakukannya tidak dengan serangkaian kemenangan dan pencapaian
melainkan dengan kekalahan dan pelepasan. Memang bukan jalan yang suka dituju
oleh ego namun inilah jalan rahasia langsung menuju Kerajaan Allah.
(Diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar