Daily Lent Reflections
by Laurence Freeman, OSB
"..Lakukanlah ini sebagai kenangan akan daku.."
Kita merasa
tersinggung atau tidak dianggap jika kita bertemu seseorang yang kita kenal
tetapi mereka tidak mengingat kita. Memiliki hari atau peristiwa penting dalam
hidup kita yang diingat oleh seseorang yang kita kasihi atau yang pendapatnya
kita hargai, sangat berarti bagi harga
diri kita.
Namun mengingat
dengan cara yang positif – memastikan kita masih di sana dan yang penting dalam
hidup pada akhirnya tidak terlupakan di bawah gelombang waktu – memerlukan
sebuah usaha.
‘Terima kasih
sudah mengingat’, kita ucapkan karena kodrat kemalasan ego membuatnya mudah
terlupakan. Mengingat dengan cara yang negatif – terikat pada luka lama dan
tindakan fatal – lebih mudah dilakukan meskipun terkadang kita masih merasakan sengat penyesalan walaupun
ingatan negative tersebut sudah memudar dari pikiran kita.
Kata Yunani yang
kita terjemahkan sebagai ‘kenangan’ dan kita gunakan untuk membicarakan
‘kenangan Ekaristi’ bukan sekedar mengingat yang mungkin kita lupakan (suatu
hari mungkin bisa terjadi) karena sel-sel otak kita sudah aus. Kenangan itu berarti menghadirkan
peristiwa yang mempunyai permulaan sejarah tetapi hidup dan pengaruhnya belum kadaluarsa.
Oleh karena kita
begitu cepat melupakan banyak hal – apa yang terjadi dua hari yang lalu dalam
periode dua puluh empat jam? - hal-hal
yang menunggangi gelombang waktu dan tidak hilang merupakan hal-hal yang
penting dan kekuatan yang meningkatkan hidup. Hal ini memerlukan usaha dan waktu untuk
mengingatnya tetapi kemudian kita dipanggil untuk hidup oleh kehadirannya.
Karunia diri tak
pernah mati. Karunia ini selalu ada dan dapat diingat kapan saja untuk
memperbaharui dan meyakinkan kita bahwa hidup, dengan semua penderitaannya,
tidak hanya tentang bertahan hidup saja. Hidup adalah masalah berbuah,
kepenuhan.
Inilah arti
Ekaristi. Meskipun pada kenyataannya Ekaristi sudah diikat dengan aturan-aturan
dan tata cara dan politik agama, energi yang meningkatkan hidup tersebut tak
pernah berhenti membuat heran. Inilah saluran kemurahan hati yang tak ada
habisnya dari Dia yang tidak dapat melupakan kita.
(Diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yogya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar