Laurence Freeman OSB
Mintalah maka engkau
akan mendapat…(bdk Mat 7:7).
Jika kita menerima
dorongan seperti ini di panggung ajaib pertumbuhan kita, kita bisa segera
sangat kecewa; atau kita dipaksa masuk ke ruang olah raga metafisik yang memporak
porandakan pikiran kita.
Pikiran rasional tidak
dapat memahami penegasan yang menyatakan bahwa latihan rohani kita itu
bermanfaat. Dengan bertanya .. tetapi untuk apa? Berapa sering? Apa yang harus
kami berikan sebagai balasannya? Seribu rosario, tidak minum-minum selama
Prapaskah? Namun bagi pikiran kontemplatif, yang merupakan rumah bagi paradoks
dan kebajikan, kata-kata Yesus tersebut sangat masuk akal.
Memohon/meminta
sesuatu berarti menyadari bahwa kita tidak memilikinya. Hal ini
merendahkan dan
beresiko bagi ego mandiri karena pengakuan akan kebutuhan membuat kita
rapuh. Taktiknya adalah dengan menyadari bahwa kita tidak memohon
segala hal yang kita
inginkan. Kita hanya menempatkan diri kita dalam keadaan meminta –
sebuah langkah
pertama menuju kemiskinan roh dan pelepasan yang radikal. Tidak meminta
hal apa-apa
berarti kita mendapat semua yang kita minta karena telah diberikan lewat
cara
kita memintanya. Jawabannya ada dalam pertanyaan seandainya kita
mendengar
dengan cukup hening.
Hal ini tidak membuat
anda menang lotere atau menenangkan anda dengan khayalan-khayalan, tetapi dapat
membantu anda hidup dengan puas tanpa mendapatkannya.
Dengan cara yang sama, meditasi adalah perhatian, memberi perhatian tanpa
bergantung pada obyek yang diperhatikan dan melepas semua gambaran dan pikiran.
Doa murni tanpa zat aditif/tambahan.
Meditasi bukan permainan yang rumit, tetapi seperti
semua permainan, meditasi punya aturan. Sesungguhnya inilah satu-satunya aturan
permainan ini. Aturan dua kali disiplin meditasi harian tidak tidaklah berat
sebagai tiket masuk dalam permainan.
(Diterjemahkan : Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar