Daily Lent Reflections by Laurence Freeman OSB
Ada hari baik dan hari buruk dan hari-hari penuh dengan
warna warni yang indah. Cuaca. Satu hal yang dapat kita katakan tentang cuaca
adalah bahwa cuaca selalu ada. Pada dasarnya tidak ada yang bisa kita lakukan
terhadap cuaca; harus diterima saja. Oscar Wilde berkata setiap orang di
Inggris mengeluh tentang cuaca tapi tak seorang pun yang melakukan sesuatu
terhadapnya. Hari-hari hujan, hari-hari tenang…dan juga tsunami dan angin
badai. Cuaca meteorologist mempengaruhi mood kita.
Tetapi mood kita, atau keadaan mental, juga adalah sebuah
bentuk cuaca. Tanpa sebab yang jelas terkadang mood kita dapat berubah dari
panas ke hujan, dari matahari tenggelam penuh ketenangan menjadi badai besar. Beberapa orang sebenarnya lebih suka berawan, jenis cuaca
tengah-tengah dan mendapati bahwa sinar matahari Kalifornia tanpa putus jadi
membosankan setelah beberapa waktu. Mereka suka perubahan cuaca. Yang lain
memindahkan rumah dan keluarganya untuk mendapatkan waktu sinar matahari sebanyak mungkin. Beberapa orang lagi lebih
suka film epic laga penuh warna, yang lain suka film hitam putih.
Bagaimanapun juga ada sebuah kebenaran yang tak dapat
disangkal yaitu, apapun temperamen pribadi kita, sinar matahari memunculkan
warna pada dunia sedangkan hitam putih awan mendung tidak. Sinar putih yang
paling murni itu sendiri merupakan konsentrasi dari spektrum warna, beberapa di
antaranya ada di luar kapasitas penglihatan fisik kita sehingga tidak terlihat
dan membentuk sesuatu yang kita namakan cahaya.
Kita bahkan tidak dapat melihat atau menyukai hari hujan
yang nyaman yang kita habiskan di depan perapian di rumah jika tidak demi
cahaya.
"Akulah Cahaya dunia."
Kita bermeditasi karena kita sudah cukup melihat, apapun temperamen
kita atau tahap perjalanan yang sudah kita capai, untuk mengetahui bahwa hal ini
penting, cahaya kesadaran murni tanpa syarat ada di dalam diri kita. Cahaya ini
juga berada di luar dan di balik semua bentuk cuaca. Cahaya ini merupakan gambaran
dan wajah dari satu-satunya “Aku” yang dapat diberi nama dengan otentik.
(Sumber : www.wccm.org; diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar