Laurence Freeman
OSB
“...Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus
mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali,
melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali..." (Mat 18:21-22)
A : Kau selalu
menang. Kau selalu berhasil mendapatkan apa yang kau inginkan.
B : Tapi saya
tidak melihatnya begitu. Permusuhan ini membuat hidupku juga sengsara.
A : Kau pantas
mendapatkannya. Aku senang.
B : Terima
kasih. Siapa yang mendapatkan yang diinginkannya sekarang?
A : Nah, paham maksudku? Kau selalu memutar balikkan segala hal dan membuat orang melihat segala sesuatu dari sudut pandangmu.
B : Tapi jika
memang demikian aku tidak merasa aku seorang pemenang. Lagipula, jadi pemenang
itu kesepian juga. Kau membuat orang-orang iri atau marah jika kau menyangka
dirimu menang dan mereka kalah.
A : ..Kasihan kamu...
Dan seterusnya dan seterusnya. Siklus kebencian mempergunakan suplai energy
gelap yang menimbulkan rasa menjadi korban
atau menjadi pecundang sejak lahir. Memaafkan orang-orang yang bersalah
kepada anda merupakan pembebasan diri dari pikiran yang merusak yang
melumpuhkan emosi dan membekukan pemikiran rasional. Kebencian membuahkan ilusi
dan satu-satunya obat untuk ilusi adalah meningkatkan dosis realitas harian.
Hampir setiap orang yang sangat tidak bahagia merasa bahwa seseorang di
suatu tempat adalah atau sudah menjadi musuh mereka. Inilah jalan keluar dari dilema
ini, mengenali musuh, melihat langsung pada mata mereka, dimana pun mereka
berada, berkediplah dan biarkan mereka pergi.
Pandangan rohani tentang hidup memperhitungkan kedua dosa, keadaan ilusi
dan semua konsekuensi serta kasih karunia, kesempatan kedua yang tak kunjung
habis. Pandangan ini berfokus pada penebusan, pembebasan dan penyembuhan
sebagai proses pemberian hidup dan pembaharuan dimana kita harus berkomitmen.
Padang gurun adalah tempat yang baik untuk mendiagnosa pikiran-pikiran
negatif ini. Mereka timbul dengan alami pada tahap-tahap awal meditasi. Kita
hanya perlu secara konsisten memilih realita daripada ilusi, kembali pada
mantra, agar terbebas dari kesalahan-kesalahan yang kita rasa telah diperbuat
atas diri kita dan memulai lagi – kali ini jalannya lebih menuju tempat yang sebenarnya tidak akan kita tinggalkan, tak
peduli apapun yang timbul.
(Sumber : Lent Daily Reflections 2012 - www.wccm.org; diterjemahkan : Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar