Daily Lent Reflections
by Fr. Laurence Freeman, OSB
by Fr. Laurence Freeman, OSB
Orang-orang biasa
setuju bahwa olah raga, seperti meditasi, adalah hal yang baik. Secara fisik
dan mental kita merasa lebih baik saat berolah raga fisik secara rutin.
Tergantung pada temperamen pribadi kita, kita mungkin perlu berjuang untuk
menjaga disiplin latihan harian kita dan mencari-cari alasan untuk
menghindarinya meskipun kita tahu kita akan merasa lebih baik dengan
melakukannya. Atau, bagi orang yang berkepribadian lebih kompulsif (suka
memaksa, fanatik), kita bisa menjadi terpaku pada latihan tersebut sehingga
kita melakukannya dengan berlebihan dan membuatnya memainkan peran yang lebih
dominan dalam hidup kita daripada buah-buahnya. Cukup saja tidak pernah cukup.
Anda selalu dapat lebih fit daripada orang lain.
Di sini ada
beberapa persamaan dalam hal latihan rohani. Ada kebutuhan akan disiplin dan
manfaat-manfaat yang jelas. Namun hanya sedikit orang yang melakukannya secara
berlebihan, mengusahakan jalur cepat untuk mendapat pencerahan. Orang-orang
seperti itu menjadi kaum ekstrimis rohani dan semakin mereka ekstrim, mereka
justru menjauh dari tujuan mereka. Kaum ekstrimis relijius memang ada, tetapi mereka
kebanyakan adalah orang-orang yang melarikan diri dari sesuatu yang tidak
menyenangkan – dari suatu masalah pribadi atau dari situasi politik – dan mereka
menjadikan agama sebagai pembenaran dari segala hal yang mereka anggap dapat
membantu mereka. Kaum ekstrimis rohani bukannya tidak dikenali tetapi mereka
jarang ada karena resikonya – kewarasan dan kesehatan – jauh lebih tinggi.
Jadi jarang
sekali orang menjadi kecanduan meditasi (seperti biasanya, tergantung pada yang
anda maksud dengan ‘meditasi’). Alasannya yang utama adalah bahwa disiplin
meditasi melibatkan komitmen bawaan untuk tidak berlebihan (moderasi) dan jalan
tengah dalam segala hal, termasuk latihan rohani. Meditasi adalah regulator
universal karena kita diselaraskan dengan roh yang menyelimuti segala hal dan
ada untuk membenahi segala hal yang tidak seimbang atau salah asal kita mau terbuka.
Meditasi juga merupakan sebuah komitmen bawaan untuk terbuka pada realitas
sebagaimana adanya, bukan seperti yang kita inginkan.
Moderasi dan
keterbukaan. Dua sisi tangga sukacita dan kedamaian. Dan setiap langkah yang
kita ambil memperdalam kemampuan kita untuk mengasihi. Marilah kita berharap
bahwa 40 hari di padang gurun ini, yang akan segera berakhir, mengajarkan kita
hal tersebut. Jika tidak, terima kasih roh kudus, kita dapat memadatkan 40 hari
tersebut menjadi saat kini, sekarang, karena hal ini selalu dapat membantu kita
untuk menggantikan waktu yang hilang. Itulah penebusan.
(Diterjemahkan: Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar