Daily Lent Reflections - Laurence Freeman OSB
Pada hari Highland yang indah dengan langit secerah mata
anak kecil, kami membaringkan Rosie dalam tanah di sebelah suami dan anak-anak
yang telah mendahuluinya. Seorang peniup seruling memimpin jalan dari pintu
gereja menuju ke pemakaman. Ritual tersebut tidak asing lagi, sebagian karena
pengalaman iman keluarga yang melampaui keyakinan sehingga tidak perlu
dijelaskan lagi. Kata-kata dan gerak tubuh memiliki arti lebih daripada yang
mereka ucapkan. Untuk sejenak sebuah ruang terbuka supaya kematian dan
kehidupan saling terkait dan memungkinkan jika anda mengamati dengan seksama
dalam cahaya terang untuk melihat apa yang ada di sisi lain.
Kita mengira bahwa realitas harus dilafalkan dan direkam
dalam ingatan, untuk dibuktikan kemudian. Namun ketika kita menyelinap dalam
hubungan di antara pemikiran-pemikiran, realitas menjadi sebuah kehadiran, atau
sekedar kehadiran. Begitu kita memikirkannya atau menggapainya, kehadiran itu
lenyap. “Dia menghilang dari pandangan mereka”. Tetapi sekali lagi saat kita
kembali ke jalan sederhana untuk dapat hadir di sini dan sekarang, kehadiran
itu kembali dengan cara yang lembut dan segera.
Membicarakan sama sekali tentang ‘sisi yang lain’ sama
dengan memutar balikkannya dengan prasangka kita sendiri. Apa yang kita lihat ke
depan pasti sudah ada di sini. Dalam pikiran yang sungguh-sungguh jernih semuanya
hadir.
Kuburan sangat sederhana. Kuburan mengingatkan kita akan
kerendahan hati kita, kapal keberadaan kita yang sederhana. Bagaimanapun kita
mendekorasinya, rahmat atau unsur ketidak beruntungan apapun yang dimilikinya,
kebenaran ini tetap menjadi kesamaan universal yang besar. Sepertinya
terburu-buru, dalam minggu kelima Prapaskah ini, untuk merenungkan Kebangkitan;
tetapi sebenarnya inilah inti Prapaskah – belajar, mempersiapkan diri untuk
melihat dan mengalami kehadiran Dia yang pernah bangkit atas dan melampaui batas-batas
kematian dan kelahiran kembali.
Latihan kita, meditasi kita, hidup kita sehari-hari yang dihidupi
dengan penuh doa, semuanya adalah cara untuk memurnikan pintu persepsi agar
supaya mata iman dapat menunjukkan pada kita apa yang selalu hadir. Kita tidak
dapat menghadapi kematian apapun juga dalam iman, termasuk kematian ego kita
yang tangguh, tanpa belajar sesuatu tentang Kebangkitan Yesus yang adalah sama
seperti kita.
(Diterjemahkan : Fransisca Hadiprodjo - WCCM Yk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar