"..Segeralah berdamai dengan lawanmu dalam waktu yang baik." (Matius 5:25)
Waktu
bisa menjadi masalah tetapi juga memiliki penyelesaian/solusi. Yang selalu menjadi pertanyaan adalah apa itu
‘waktu yang baik’ dan perlu waktu berapa lama?
Mungkin
karena kodrat waktu yang memang tidak jelas maka kita mudah untuk menunda yang
perlu dan menyangkal yang tak bisa diperkirakan. Kita mengira akan selalu ada
waktu lebih untuk mengerjakan hal yang harus kita kerjakan. Kemudian kita
menyadarinya bahwa pada saat terakhir, ketika sudah terlambat karena waktu
sudah habis, sehingga kita tidak dapat lagi berdamai dengan musuh kita atau
menyembuhkan pertikaian di dalam diri kita sendiri atau dengan
perwujudan-perwujudan konflik batin kita yang tercermin dalam relasi kita
dengan sesama. Lalu kita hanya dapat menyelam lebih dalam daripada waktu
memasuki dasar keberadaan kita, kedalaman saat kini. Ada penyembuhan di sana, dalam sumber
keberadaan kita. Tetapi sebenarnya banyak penderitaan yang bisa dihindari jika
kita mau melakukannya dalam waktu yang baik.
Saat saya menulis ini, pasukan
pemerintah Siria sekali lagi mengulang lagi suatu motif dalam sejarah manusia,
pembunuhan orang-orang tak berdoa dan pengrusakan rumah, masa kanak-kanak dan
harapan. Waktunya tidak baik. Sekalipun kita tahu bahwa nafsu untuk menumpahkan
darah harus dihapuskan dan ‘penyelesaian’ akan dicapai, namun kesan yang
ditinggalkan oleh konflik semacam itu hampir tak terhapuskan. Akibatnya akan
lebih berat bahkan bagi kehidupan yang belum dilahirkan.
Kita merencanakan hal yang mudah
dan menghindari yang sulit. Kita lupa bagaimana mengukur waktu terhadap
realita.
Dalam beberapa gambar St.
Benediktus lama, digambarkan dia sedang memegang Peraturan di satu tangan dan
semacam kayu di tangan lainnya. Beberapa orang mengatakan, kayu itu diperlukan
untuk menghukum pelanggaran aturan. Saya lebih suka memandangnya sebagai tali
pengukur, seperti tongkat dirigen, yang digunakan untuk mengukur waktu. Untuk
mengukur segala sesuatu harus ada batasan-batasan yang disetujui, ada batas
awal dan batas akhir. Itulah hal mengenai aturan dua periode waktu meditasi
setiap hari.
(Diterjemahkan : Fransisca Hadiprodjo - WCCM YK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar