Selasa, 01 September 2020

Memasuki kedalaman melalui keheningan

 


Bacaan Harian Bersama John Main

1 September 2020

Meditasi dipraktekkan dalam kesendirian namun merupakan cara hebat untuk belajar berelasi. Latar belakang dari paradoks ini ialah setelah kita berhubungan dengan realitas diri kita, kita mempunyai rasa percaya diri berdasarkan keberadaan kita untuk menyapa orang lain, untuk berjumpa dengan mereka pada tingkat mereka yang sebenarnya, jadi unsur kesendirian dalam meditasi secara misterius merupakan penawar kesepian yang sejati.

Setelah terhubung dengan keselarasan kita terhadap realitas, kita tidak lagi merasa terancam oleh perbedaan pada diri orang lain. Kita tidak lagi mencari peneguhan atas diri kita. Kita melakukan pencarian kasih, mencari realitas diri orang lain. Dari pengalaman menjumpai realitas diri orang lain, kita menemukan bahwa keberadaan kita diperkaya dan diperdalam.

 Meditasi banyak menuntut. Kita harus terus belajar bermeditasi baik kita merasa suka atau tidak, baik cuaca sedang hujan atau cerah, baik ada acara menarik di televisi atau tidak, atau apapun yang terjadi sepanjang hari tersebut. Dalam visi Kristiani tentang meditasi, seperti yang dikatakan Yesus, kita menemukan realitas paradoks yang diajarkan-Nya: jika kita ingin memperoleh hidup maka kita harus siap untuk kehilangan hidup. Dalam meditasi, itulah yang kita lakukan.

Kita menemukan diri kita karena kita siap untuk melepaskan diri kita, untuk menceburkan diri kita ke kedalaman yang segera tampak sebagai kedalaman Allah. Pewartaan Kristiani yang pokok ialah Allah hadir di kedalaman diri setiap manusia. Itulah sebabnya kita harus belajar untuk menjadi rendah hati. Itulah sebabnya kita harus belajar keheningan; karena kita harus memasuki kedalaman diri kita untuk bertemu dengan Allah dan dalam perjumpaan tersebut, kita menemukan dasar diri kita dalam persatuan dengan Allah.

 The Heart of Creation

 

Refleksi Bacaan Harian Bersama John Main

1 September 2020

Pewartaan Kristiani yang pokok ialah, Pater John Main mengatakan, Allah hadir di kedalaman diri setiap manusia. Kita hanya dapat memasuki kedalaman diri kita melalui keheningan, dimana kita bertemu dengan Allah, dan menemukan dasar diri kita dalam persatuan dengan-Nya. Kita tidak mungkin dapat masuk dalam keheningan jika kita tidak mempunyai kerendahan hati.

Sikap rendah hati ini kita nyatakan dengan menyediakan waktu untuk duduk diam dan hening, melepaskan diri kita, semua pikiran dan angan-angan, dan hanya mengucapkan mantra atau kata doa “Ma-ra-na-tha” selama waktu meditasi. Sikap rendah hati ini kita nyatakan dengan komitmen untuk tetap tekun dan setia untuk bermeditasi, baik saat kita merasa suka atau tidak, baik cuaca sedang hujan atau cerah, baik ada acara yang sangat kita sukai atau tidak.

Dalam meditasi kita menemukan bahwa Allah tinggal dalam hati kita, dan kita menemukan diri sejati kita sebagai anak yang sangat dikasihi-Nya. Dalam meditasi kita juga menemukan bahwa diri sejati ini bukan hanya ditemukan dalam diri kita saja, melainkan juga dalam diri setiap orang. Sehingga meskipun meditasi dipraktekkan sendirian namun merupakan pengalaman transformatif.

Pengalaman yang mengubah kita dari hidup yang berpusat pada ego menuju hidup yang berpusat pada yang lain, berpusat pada Allah. Hidup kita diubah, ditata, dan diselaraskan dengan kehendak-Nya. Dengarkan apa yang dikatakan Pater John Main, “Tuhan itu benar, dan siapapun yang menemukan kesatuan mereka sendiri dengan Tuhan telah memasuki hubungan mendasar, dan sebagai hasilnya semua hubungan kita dipenuhi dengan kebaikan dan kebenaran Tuhan.”

 Tuhan memberkati. 🙏


 (Sumber: Komunitak MK Nas)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar