Senin, 04 Januari 2016

Allah batukarangku

Dalam meditasi kita belajar untuk lebih peka terhadap kehadiran Allah yang sekarang kita tangkap tidak sebagai sesuatu diluar diri kita, tetapi sebagai sesuatu di dalam diri kita, sesuatu yang menggenggam kita pada akarnya. Kita terus hidup dalam hadirat-Nya dengan kepercayaan yang penuh dan dengan semakin yakin bahwa Ia adalah batu karang, fondasi, dimana kita merasa aman untuk berdiri. Allah adalah dasar dari diri kita dimana kita berakar pada-Nya secara abadi. Semakin lama kita bermeditasi semakin kita menyadari bahwa iman kita tidak tergoyahkan.


Semuanya ini berasal dari latihan sederhana untuk mengucapkan mantra kita setiap pagi dan malam, dengan semakin sederhana, semakin rendah hati, semakin mencinta, semakin takjub. Kita kelihatan seperti orang yang congkak. Tampaknya kita terlalu congkak untuk mengatakan bahwa kita dapat mengenal Kristus kalau kita setia dengan meditasi kita. Tetapi saya pikir kenyataannya memang demikian. Kita belajar, dari pengalaman hadirat-Nya, untuk menghidupi sumbernya, untuk membawa kebaikan-Nya, kekudusan-Nya bagi semua orang yang kita jumpai.

Kita juga mengetahui bahwa kehadiran-Nya adalah sebagai cinta kasih, pengertian, pengampunan-Nya. Yang menakjubkan dari semuanya ini ialah, jika kita hidup berakar pada kenyataan-kenyataan ini, sebagai kebenaran yang tidak dapat digoyahkan, tidak dapat di cabut dari diri kita sewaktu proses berjalan. Sungguh, kita secara terus-menerus memperdalam komitmen kita pada Kristus.

( The Way of Unknowing – John Main, OSB )

Sumber : www.wccm.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar