Lent Daily Reflections - Laurence Freeman
Hari Minggu IV Prapaskah 2013
Takut dan dendam adalah dua kekuatan yang paling merusak dalam hati
manusia. Ketika kita dalam cengkeramannya, kita diyakinkan bahwa
perasaan-perasaan itu benar. Masing-masing melampiaskan kejahatannya ke segala
segi kehidupan kita karena mereka bertumbuh, atau jadi semakin buruk, dengan
diyakinkan bahwa kita dikasihi bukan untuk diri kita sendiri. Kita boleh
mengenal cinta, bahkan mencintai, tetapi sinarnya perlu waktu agar dapat
menembus kedalaman yang paling gelap dari pikiran kita. Keselamatan, penebusan,
pencerahan, pembebasan - terdapat di dalam cahaya kasih yang menghalau semua
kegelapan yang masih tersisa.
Kesadaran lebih
diakibatkan oleh kasih, kita dapat mengatakan bahwa kesadaran adalah kasih.
Bila kita tidak mengalami kasih, kita belum seimbang, belum sadar.
Injil hari ini
tentang anak yang boros seharusnya dinamakan kisah dua orang bersaudara. Kita
memusatkan perhatian pada sibungsu yang menabur gandum liarnya. Dia tampaknya
seperti kita atau seperti yang kita inginkan, muda, tidak senonoh, dan suka
bersenang-senang. Kemudian dia kehabisan uangnya dan merangkak pulang dengan
ketakutan sekali. Dia takut sekali akan reaksi ayahnya. Kakaknya rupanya kurang
menarik, kurang terkenal; seorang taat yang tinggal di rumah dan melakukan
segala keinginan ayahnya. Tetapi sekarang ayahnya mengharapkan dia untuk
merayakan kepulangan kembali adiknya yang suka melawan dan ini sangat
berlebihan. Dia marah sekali. Dua bersaudara itu melambangkan dua sisi ego,
rasa takut dan rasa marah, kesadaran tingkat rendah, tidak dapat memahami kasih.
Ayahnya adalah
segalanya, kita tidak mengharapkan dia menjadi seorang bapa yang kejam. Allah
tidak pernah seperti yang kita bayangkan. Dia tidak mempedulikan permohonan
maaf anak muda itu. Dia tergerak oleh belas kasihan saat dia melihat anaknya,
memeluknya dengan hangat dan menciumnya dengan lembut. Untuk kepedihan hati
anaknya yang tertua dia tidak menunjukkan kemarahan melainkan kesabaran dan
kebaikan, mengingatkan anaknya bahwa segala yang dia miliki adalah milik
anaknya juga. Tampaknya tak seorangpun anaknya mengerti maksudnya. Mereka
dikasihi seperti diri mereka apa adanya.
Sejauh ini
kata-kata hanya dapat membujuk. Tindakan lebih kuat pengaruhnya. Meditasi
adalah tindakan murni. Sesuatu terjadi ketika kita menjadi hening dan diam,
melepaskan semua pikiran, rasa takut dan dendam yang dipikulnya. Dalam hening
dan diam, ketika pikiran menemukan ketenangan hatinya yang alami, kita tidak
lagi dapat menjadikan penglihatan yang keliru dan merusak ini menjadi
kenyataan. Ada suatu saat yang singkat, hanya sekejap mata, ketika kita
kehilangan segalanya termasuk diri kita sendiri. Kemudian kasih itu muncul,
suatu cahaya yang memperjelas semua kenyataan ibarat matahari membawakan
warna-warnanya, tak pernah terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar