Oleh : Laurence Freeman OSB.
Retret Pekan Suci kita
dimulai di Bere Island kemarin. Orang-orang yang ada di sini datang dari
berbagai belahan dunia dan juga orang lokal pulau ini dan Peninsula Beara yang
keindahan alamnya luar biasa, lembut dan terjal.
Banyak orang di seluruh
dunia juga akan berpartisipasi lewat internet. Sampai tingkat yang luar biasa
sekarang ini, ruang telah ditaklukkan oleh teknologi. Tentu saja ada perbedaan
besar antara kehadiran maya dan kehadiran fisik, namun kehadiran bukan salah
satunya. Yang terpenting adalah perhatian. Seseorang yang hadir secara fisik
bisa jadi tidak hadir karena mereka tertidur selama ceramah dan pendengar dari
belahan dunia yang lain bisa jadi hadir sepenuhnya karena mereka mendengarkan
dengan penuh perhatian.
Waktu lebih sulit untuk
ditaklukkan. Kita dapat mempercepat proses perjalanan tetapi secara fisik kita
tidak dapat berada di dua tempat sekaligus. Waktu yang diperlukan untuk
melaluinya mengungkapkan dasar keberadaan manusia yang tidak dapat dihindari.
Menjadi manusia berarti menjadi terbatas. Hanya dalam dimensi spiritual kita
dapat benar-benar ada di sini dan kini.
Kita memasuki yang
rohani melalui kekuatan perhatian murni yang mentransendensi keterbatasan ego.
Bagi kita, selama pekan ini, kisah Sengsara, kematian dan Kebangkitan Tuhan
adalah pembatas menuju wilayah tersebut. Kekuatan perhatian adalah kunci untuk
membukanya. Dalam Roh Kudus, semua kekuatan keterbatasan diangkat. ‘Di mana ada
Roh di situ ada kebebasan’. Keadaan mental tertentu dapat meniru kebebasan Roh
ini. Banyak orang yang haus akan keadaan kebebasan ini menggunakan
sarana-sarana palsu untuk mewujudkannya. Namun sarana-sarana tersebut
memperlemah atau menekan keterbatasan ruang dan waktu, bukan
mentransendensikannya. Sedangkan jalan spiritual menghormati hukum alam.
Ketika dimensi spiritual
terbuka di hadapan kita – di dalam diri kita – sebuah cahaya akan memancar ke
dalam dunia ruang dan waktu tempat kita hidup di dalam keterbatasan. Kita tetap
manusia – terbatas – tetapi keterbatasan tersebut tidak menghalangi kepenuhan
keterbukaan keberadaan kita pada yang ilahi. Kita menjadi manusia yang ilahi.
Misteri Paskah itu
seperti yang jaman dahulu disebut ritual permulaan/inisiasi. Transformasi yang
utama belum terjadi. Tetapi di sini dan sekarang – jika kita tidak tertidur,
jika kita melepas perhatian kita dari keterbatasan kita dan penderitaan yang ditimbulkannya
– kita memulai proses tersebut dan mencicip anggur baru yang diminum oleh Yesus
bersama kita dalam Kerajaan Allah.
Langkah pertamanya
adalah memasuki kisah tersebut dan membiarkannya berkarya di dalam diri kita.
Meditasi membantu kita untuk mendengarkannya dan sekaligus membukakan diri kita
pada dunia roh yang tak terbatas yang merupakan arti dan tujuan dari kisah
tersebut.
Sumber : www.wccm.org
Terjemahan : Sisca Hadiprodjo - wccm yk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar