Lent Daily Reflections - Laurence Freeman, OSB
Sabtu Minggu II Prapaskah
Setelah berminggu-minggu lamanya hujan dan dingin, sungguh sulit untuk
percaya bahwa tanah sedang mempersiapkan pertunjukkan tahunan yang menakjubkan.
Disusul dengan hari yang nyaman dipenuhi sinar matahari dan aneka warna serta
keharuman yang kita kenal kembali pada lukisan perasaan yang anda kira telah
hilang selamanya kedalam musim dingin yang kelabu. Kemudian anda melihat
keajaiban telah dimulai dan tampaknya tidak menyerupai gejolak pertamanya.
Alam, jika kita melihat secara manusiawi, bisa merasa malu menampakkan
bagian-bagiannya yang terindah.
Barangkali segala
kehidupan ini tidak kehilangan penampilan seperti yang diharapkan. Pucuk-pucuk
hijau mencuat dari permukaan tanah yang dingin tempat mereka telah menunggu
saat pemusatan yang tepat ketika yang tak terlihat jadi tampak. Udara secara
samar-samar dirasakan ada kehangatan tersembunyi. Sekalipun besok kembali lagi
kepelukan musim dingin yang kejam, anda tahu sekarang, sesuatu yang mengubah
cara anda menghadapinya.
Dalam saat yang
singkat di dunia kepalsuan kita, teknologi yang menakjubkan menjadi samar bila
dibandingkan dengan misteri semesta. Kita tahu bahwa kita berada di dunia yang
jauh lebih dalam dan luas dibandingkan dengan yang dapat kita bangun dengan
tangan dan otak kita sendiri. Untuk sesaat penuh rahmat, alam semesta masuk ke
pembuluh darah kita.
Kita tahu, meskipun
ada orang-orang yang berduka bagi mereka yang dikasihinya di tengah-tengah
keindahan ini, seperti Steve yang hari ini di pemakaman Marg di Melbourne,
semuanya hadir sekarang, yang terlihat dan yang tak terlihat, yang di sini dan
yang di ujung sana. Dan, seperti yang ditemukan oleh para bijak dan yang sering
kita ulangi sebagai basa-basi, meskipun selalu disertai harapan, semuanya akan
baik-baik saja. Terlalu indah kalau bukan demikian jadinya. Musim semi di Pulau
Bere, musim gugur di Merlbourne. Semuanya terjadi pada saat yang sama di bumi
kita yang murni ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar