Holly Week Reflections
Oleh : Laurence Freeman, OSB
Ada banyak orang yang duduk dan bicara. Lebih sedikit yang
berjalan dan berbicara. Bahkan lebih sedikit lagi orang yang dapat membuat
berjalan menjadi ungkapan penuh dan terbaik dari berbicara. Dengan tindakan
mereka mengungkapkan segala yang dimaksudkan oleh kata-kata mereka. Dalam hal
ini mereka memperoleh kefasihan murni keheningan.
Atau, rasanya seperti sedang menghadapi ujian, yang
bayangannya semakin menakutkan saat hari terakhir semakin mendekat. Atau,
seperti malam yang mengagumkan sebelum sebuah janji khidmat atau komitmen
ritual, sebuah perkawinan atau panggilan membiara. Pikiran dapat mengatasi
hal-hal besar saat hal-hal tersebut berada di kejauhan. Lebih mudah untuk
menunda keputusan atau menyangkal dekatnya waktu kedatangan. Namun ketika waktu
itu benar-benar datang, semuanya jadi berubah.
Harinya telah tiba. Dadu sudah dilempar. Tidak ada waktu
lagi untuk bersiap atau memikirkan kembali. Anda masih dapat menolak dan
menyangkal kenyataan, tetapi dengan resiko kehilangan kewarasan anda.
Satu-satunya hal yang waras adalah berpasrah pada peristiwa yang sekarang
sedang terjadi, pada hal yang mungkin terjadi dari hasil yang tak terhindarkan.
Tak peduli berapa lama hal tersebut telah dipikirkan, pada
saat ini kenyataan tersebut membuat kita terkesiap. Ketakutan melebur dalam
masa lampau. Perasaan tersebut hanya menjadi bagian dari yang telah terjadi.
Kecemasan akan masa datang menghilang. Yang terpenting adalah apa yang ada, apa
yang sedang terjadi. Dalam bahasa Inggris, kata ‘happen’ (terjadi) berasal dari
kata ‘hap’, yang berarti kesempatan atau keberuntungan. Seberapapun baiknya
persiapan untuk menghadapi apa yang terjadi memiliki suatu perasaan tidak siap,
sesuatu yang tiba-tiba atau murni diberikan.
Konsekuensi
dari peristiwa masa lampau yang membawa ke masa kini telah ada di dalam hal
yang akan muncul darinya, seperti bunga di dalam benih. Dan pada inti benih
tersebut ada sebuah kandungan kekosongan yang luar biasa. Inilah saat kini,
satu-satunya realitas. Bersentuhan dengannya adalah kedamaian. Berserah dan
menerimanya adalah kisah sengsara Yesus. Hal ini menjelaskan bangkitnya
kehadiran yang dapat kita rasakan sepanjang Pekan Suci dan semakin dalamnya
keseimbangan batin Yesus pada setiap tahap hari-hari terakhir-Nya.
Sumber : www.wccm.org
Diterjemahkan : Sisca Hadiprojo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar