Lent Daily Reflections - Laurence Freeman, OSB.
Kamis Minggu III Prapaskah 2013
Seorang teman yang sedang mengandung beberapa
bulan baru saja kembali dari pemeriksaan scan pertamanya dengan wajah yang
cerah. Saat dia mau pergi dilihatnya sebuah jeruk lemon dimeja dapur,
diambilnya dan berkata 'janinnya sekarang sebesar ini ukurannya ' Janin ini
masih belum tahu kelaminnya.
Pohon-pohon oak
besar tumbuh dari bijinya yang kecil secara alami. Namun rencana tentang
kehadiran seorang bayi - dan semua perubahannya telah dimulai untuk dibawakan
dalam kehidupan keluarga sejak hamil. Dan segala perkembangan kehidupan yang
akan datang - rencana jadi berubah dari sebenarnya karena sekarang telah
berkembang lagi. Jeruk lemon yang dibawa pulang menjadikan suatu peristiwa
besar yang berasal dari benda kecil. Namun yang lebih aneh lagi adalah keuletan
kehidupan dan pertumbuhan yang tanpa maksud tertentu. Suatu kekaguman biasa
tetapi sulit dijelaskan ketika munculnya seorang manusia sebesar jeruk lemon
telah membuat pikiran yang berceloteh jadi hening.
St. Paulus
menggunakan gambaran perkembangan janin untuk menjelaskan relasinya dengan
komunitas di Galatia yang amat dikasihi dan diperhatikannya. Gereja-gereja lokal
ini mungkin tidak lebih dari tiga puluh atau empat puluh pengikutnya. Dia
mengembangkan kiasan rahim yang hidup dalam proses pertumbuhan rohani mereka
yang mengandung pribadi Kristus. 'Anak-anakku, saya menderita lagi karena sakit
melahirkan bagimu sampai Kristus terbentuk di dalam dirimu.'
Seperti jeruk lemon
itu, suatu peringatan yang mengejutkan tentang begitu nyata dan tidak
sempurnanya suatu proses. Sungguh aneh jika kita menganggap diri sebagai orang
Kristiani tetapi tidak tahu maknanya. Detik-detik saat ini kita kenal sebagai
detakan jam, gerak tombol dengan hitungan mundur. Namun waktu tidak bisa
diraih. Waktu tidak dapat dibekukan kecuali dalam kenyataan sebenarnya. Dalam
kehidupan nyata kita adalah panah yang ditembakkan melewati waktu dan ruang.
Mungkin itulah
sebabnya kita memerlukan musim, untuk membedakan perjalanan waktu yang
keberlanjutan,. Musim-musim tersebut mengingatkan kita bahwa kita harus belajar
untuk berjalan dengan sadar, meskipun kita tidak tahu kita sadar untuk apa.
Sadarlah hanya itu aturannya. Dan membiarkan obyek-obyek kesadaran secara
berurutan hadir sendiri ; kita lihat apa yang tinggal, berapa lama, dan juga
apa yang berlalu. Untuk perkembangan kesadaran ini kita butuhkan pikiran yang
jernih dan tenang yang datang dengan memusatkan diri pada disiplin yang dibawa
oleh masa Prapaskah dan meditasi.
sumber: www.meditasikristiani.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar