Salah
satu kesalahan terbesar kita namun dapat dimaklumi adalah
ketidakmampuan kita untuk menyadari bahwa cara kita memandang dunia
berbeda dengan cara nenek moyang kita. Dengan berjalannya waktu,
bahkan jarak antar orang tua dan anak, dan tentu saja, terlebih lagi
jarak antar abad, cara pandang yang mendasar dan anggapan-anggapan
mengalami perubahan.
Kita memandang hal-hal materi yang sama – katakanlah gunung yang berselimut awan, anak-anak yang sedang bermain, prajurit-prajurit berparade atau jalur perdagangan – namun arti semua itu dan hubungan kita dengan semua hal tersebut – bisa jadi sangat berbeda dengan nenek moyang kita. Membaca Mazmur dan mengenal dan mencintainya membantu kita untuk menyadari hal ini. Pemazmur melihat kekuatan alam dan sikap-sikap manusia sebagai perwujudan kecerdasan Allah yang tak terlihat namun ada dimana-mana. Keindahan alam membuatnya takluk sampai takut dan menggigil karena takjub. Dunia seolah tersihir.
Kita memandang hal-hal materi yang sama – katakanlah gunung yang berselimut awan, anak-anak yang sedang bermain, prajurit-prajurit berparade atau jalur perdagangan – namun arti semua itu dan hubungan kita dengan semua hal tersebut – bisa jadi sangat berbeda dengan nenek moyang kita. Membaca Mazmur dan mengenal dan mencintainya membantu kita untuk menyadari hal ini. Pemazmur melihat kekuatan alam dan sikap-sikap manusia sebagai perwujudan kecerdasan Allah yang tak terlihat namun ada dimana-mana. Keindahan alam membuatnya takluk sampai takut dan menggigil karena takjub. Dunia seolah tersihir.
Dengan
pengetahuan baru akan berbagai hal sekarang ini, meski pemahaman
pra-ilmiah ini sepertinya tidak masuk akal bagi kita, kita mungkin
tetap saja kehilangan sesuatu yang mendasar tentang mereka bahkan
setelah kita belajar untuk menjelaskan dan mengelompokkan mereka
sekalipun. Terpesona oleh data, kita dengan mudah melewatkan maknanya
dan realitas misteri (sesuatu yang lebih besar dari kita) tenggelam
dalam analisa dan pengurangan angka-angka. Tak heran, hal ini
menjelaskan mengapa ekonomi dan keuangan dapat menggantikan sebagian
besar cara kita membuat nilai dan makna hidup. Namun, akhirnya mulut
kita terasa kering, kita merasa terasing dari dunia; dan tidak ada
tempat yang kita tuju untuk memulihkan diri dan terhubung kembali
dengan hati kita sendiri.
Laurence
Freeman OSB
Sumber : WCCM Indonesia
Sumber : WCCM Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar