Aku tidak lagi memanggil engkau
pelayan. Aku memanggilmu sahabat karena Aku telah berbagi segala hal yang telah
Aku dapat dari Bapa. Saya sadar bahwa kita mengantisipasi kutipan tersebut,
tetapi saya tidak sabar. Wahyu dari kodrat relasi-Nya dengan kita dan dengan
semua kemanusiaan dalam banyak cara menjelaskan keseluruhan makna misteri
Paskah yang sedang kita persiapkan selama masa Prapaskah – dan untuk sedikit
lebih memahami putaran waktu ini. (Kita mempunyai jumlah Paskah yang sudah
dipastikan dalam hidup kita dan (mari kita berharap) masing-masing membawa kita
lebih dalam lagi.
Masa-masa sulit akan menyaring
teman-teman palsu dari yang sejati. Terkadang kita terkejut pada orang yang
tetap setia bersama kita saat kita kehilangan status atau pengaruh ataupun
tidak punya kekuasaan lagi. Mereka yang kita kira hanya kenalan saja ternyata
dapat menjadi pendamping yang tulus pada kedalaman yang belum pernah kita
bayangkan sebelumnya. Dan mereka yang kita yakin akan berdiri bersama kita
sampai akhir malah mulai membuat alasan-alasan sesegera mungkin; dan perubahan halus
dalam nada suara mereka menunjukkan kebenarannya.
Ada saat yang canggung dan
menyedihkan dalam film tentang hari-hari terakhir Hitler dalam bunker ketika
kita melihatnya meneteskan air mata saat salah satu sekutu terdekatnya
memutuskan untuk meninggalkannya sendiri tergantung pada nasib. Hal tersebut
menunjukkan betapa universal rahmat persahabatan dan betapa rapuh maknanya di
dalam semua urusan manusia. Manusia monster yang terburuk sekalipun pasti mampu
akan rahmat persahabatan ini yang pada akhirnya menunjukkan kemampuan kita
untuk mengenal Allah lewat partisipasi. Bagaimanapun juga, apakah Yesus menolak
persekutuan diri-Nya dalam bentuk roti dan anggur – bahkan dengan Yudas?
Laurence Freeman OSB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar