WCCM Lent
Reflections 2015
Monday 5th Week Lent
Yoh 8:1-11:
“Barangsiapa
di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu.”
Kebijaksanaan Salomo
begitu jelas dan tak terbantahkan ketika seseorang telah memiliki kejelasan dan
keberanian untuk mengungkapkannya.
Kejelasan tumbuh dengan
semangat penerimaan dan pemurnian pikiran. Kita tidak dapat membuat konsep
kejelasan ini lebih dari yang dapat kita lihat pada layar yang tembus sempurna.
Kita melihat melalui layar tersebut. ‘Visi Allah’ adalah sederhana melihat
bukan memandangi. Dengan visi yang adalah buah dari hati yang murni, kita dapat
melihat dengan jelas melalui semua ilusi dan penipuan diri, semua permainan
yang dilakukan oleh ego.
Namun kejelasan ini
memisahkan orang yang melihat dengan jelas dari orang banyak, seperti orang
yang mengeroyok perempuan yang tertangkap berjinah. Bukankah kita suka merasa
bahwa kita benar dan lebih baik dan kemudian merasa ego kecil kita diperbesar
oleh orang-orang yang merasa diri benar di sekitar kita. Inilah dampak dari
sorak sorai kerumunan dalam stadion sepak bola atau serangan rasis atau
pemerkosaan geng. Kita saling memperkuat dan menyanjung dengan mengincar
seseorang yang lebih lemah yang mungkin tak bersalah atau tertangkap basah
melakukan kesalahan. Kemarahan kita pada korban menyembunyikan rasa malu kita
sendiri.
Kejelasan itu
memerlukan keberanian untuk melepaskan diri dari kerumunan dan membela
kebenaran. Bahkan dalam kisah Injil hari ini, meskipun Yesus tidak menyentuh
hati kerumunan yang akan merajam perempuan tersebut. Dia hanya menghilangkan
alasan palsu dan pembenaran atas tindakan mereka. Untuk sementara, ego kolektif
mereka tertusuk dan sehingga ego kecil mereka masing-masing mengempis. Namun
mereka pasti membenci-Nya ketika mereka sampai di rumah dan membicarakannya.
Kita berharap bahwa setelah peristiwa tersebut wanita itu pergi dengan selamat.
Namun Yesus menjadi incaran baru mereka.
Menjadi jelas dan penuh
kasih tidak ada hubungannya dengan keberhasilan sosial.
Salam kasih
Laurence Freeman OSB
Diterjemahkan : Sisca
Indrawati H – WCCM Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar