Second Sunday of Lent
Markus 9:2-10:
“Ia naik ke
sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah
rupa di depan mata mereka”.
Penulis
novel besar – dan sulit – Henry James pernah diajak ke pertunjukan Punch and
Judy oleh beberapa temannya yang usil. Mereka terkesima melihat betapa dia
benar-benar terserap dalam bentuk teater yang sangat sederhana ini. Setelah
pertunjukan selesai, dia menjadi sangat pendiam sampai akhirnya mereka bertanya
apa yang dipikirkannya. ‘Sungguh suatu sarana yang sederhana (economy of
means)’, jawabnya, dan dengan sendu menambahkan ‘sungguh suatu penyelesaian
yang sederhana (economy of ends).’
Anda
dapat mengatakan hal yang sama tentang Injil dengan semua kisahnya, seperti
bacaan hari ini tentang bagaimana Yesus berubah rupa dalam cahaya di hadapan
beberapa murid terdekat-Nya yang diajak-Nya naik ke gunung. Kisah ini sangat
jarang terjadi (penghematan sarana) dan maknanya begitu sederhana sehingga
menyangkal penjelasan sederhana (penghematan penyelesaian). Ketika Dalai Lama
berkomentar tentang kisah ini, beliau tidak menjelaskannya secara kiasan namun
mengatakannya sebagai contoh tentang hal yang oleh orang Tibet sebut sebagai
tubuh halus – atau ‘pelangi’.
Kebenaran
biasanya memiliki penghematan ini. Kita menyimpang dari kebenaran jika kita
semakin menganalisanya, membuatnya rumit dan menjabarkannya. Kita biasanya
berbicara terlalu banyak tentang berbagai hal yang tidak kita pahami,
sebaliknya kita bicara terlalu sedikit
tentang hal yang kebenarannya benar-benar kita rasakan. Inilah sebabnya
meditasi itu sangat sederhana, menebas kesia-siakan pemikiran dan kata-kata
dalam karya keheningan dan membawanya langsung pada akhir yang sederhana.
Apakah
karena kita merasa terlalu sederhana untuk menyelaraskan sarana dan
menyelesaikannya untuk dapat membawa kita pada diri kita sendiri dalam cahaya
kemuliaan saat kini?
Salam kasih
Laurence Freeman OSB
Diterjemahkan : Sisca Indrawati H - WCCM Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar