WCCM Lent
Reflections 2015
Wednesday 3rd
Week Lent
Matius
5:17-19:
"Aku datang
bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."
Bacaan Injil
akhir-akhir ini telah menggambarkan bagaimana Yesus menangani kritik dan
penolakan – hal yang paling tidak kita sukai dalam hidup ini. Teladan-Nya
tentang integritas total menginspirasi kita untuk mengingat makna keutuhan. Dia
mendorong kita untuk berpikir bahwa hal itu mungkin untuk dilakukan oleh
manusia.
Ketika kita melihat
kemunafikan – musuh dari integritas – kita menjadi berhati-hati. Jika kita
mengutuknya – seperti yang dilakukan oleh Yesus dan para guru besar –kita
memaparkan diri kita sendiri pada serangan itu. Tidak seorangpun suka dijuluki
munafik, namun pada tingkat tertentu kita semua tahu bahwa kita sendiri munafik.
Kata tersebut berasal dari kata Yunani ‘hypokrisis’ yang berarti ‘aktor’.
Namun, hampir tak terelakkan bahwa kita berpura-pura menjadi atau merasa yang
bukan kita, meskipun kita juga suka menjadi orang yang kita berpura-pura
menjadi. ‘Aku sangat menyesal’ (yang artinya ‘lupakan’). ‘Mari kita berubah’
(artinya ‘kamu dulu’). Aku mengasihimu (tambahkan ‘dengan syarat’).
Kita tidak perlu merasa
putus asa tentang ketidak aslian kita, cukup mengakuinya saja. Hal itu akan
meredakan dan mencegah diri palsu kita menghalangi jalan menuju ke tingkat
kesadaran yang lebih dalam tempat kita hanya dapat menjadi diri kita apa adanya
dan dimana kebenaran bukanlah sesuatu yang kita pikirkan atau katakan melainkan
suatu pengalaman (antar) pribadi sepenuhnya. Tanda bahwa kita sedang menuju
kesana adalah bahwa kita tidak menganggap diri kita terlalu serius dan kita
mentertawakan diri palsu kita dan mempersilahkan orang lain untuk melakukan hal
yang sama.
Secara bertahap topeng
aktor tersebut – seperti dalam teater-teater besar daripada dalam opera sabun –
menjadi alat transparan untuk mengungkapkan kebenaran yang lebih dalam. Bentuk kemudian dapat menyatakan kekosongan
yang adalah kepenuhan. (Allah adalah kesatuan dari kekosongan dan kepenuhan).
Yang luar biasa adalah hal ini terjadi – jika kita mengijinkannya dan membuat
ruang yang dibutuhkan – dengan cara-cara yang halus dan dalam hal-hal hidup
paling biasa. (Melihat Allah dalam diri setiap orang). Itulah sebabnya Masa
Prapaskah adalah tentang hal-hal kecil. Itulah sebabnya meditasi lebih banyak
tentang praktek daripada niat baik.
Salam kasih
Laurence Freeman OSB
Diterjemahkan : Sisca
Indrawati H – WCCM Yogyakarta.
Photo:Sermon on the
Mount by Carl Heinrich Bloch (1834-1890)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar