WCCM Lent
Reflections 2015
Wednesday 5th
Week Lent
(Feast of the Annunciation)
Lukas 1:
26-38:
Kata Maria,
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan: jadilah padaku menurut perkataanmu
itu.”
Bagi kita umumnya, ada
adegan tertentu dalam hidup kita, yang begitu berkesan dalam imajinasi kita,
yang tidak akan pernah kita lupakan sampai kita melupakan nama kita atau pikun.
Kenangan pribadi itu selektif namun mereka mempertahankan suatu kebenaran yang
dirasakan pada saat-saat istimewa, baik saat-saat tersebut ditandai dengan
penderitaan ataupun sukacita. Dalam perspektif waktu yang panjang, karena
dampak emosional langsung telah memudar namun masih menyimpan cahaya kebenaran
dan misteri, maka tidak menjadi soal apakah pengalaman tersebut menggembirakan
atau menyedihkan, kehilangan atau penemuan, rasa sakit atau kebahagiaan.
Ada juga adegan
tertentu seperti Kabar Sukacita yang dikisahkan dalam Injil Lukas yang
mematrikan dirinya ke dalam imajinasi iman kolektif. Mereka menjadi standar
emas makna, mata uang yang diakui oleh setiap orang sebagai yang mewujudkan
makna. Dalam era ‘Kekristenan’ – ketika agama dan budaya dijadikan satu dan
yang sekarang telah lewat – adegan-adegan tersebut diwakili, dimunculkan
kembali dan diberi komentar berulang kali. Susurilah galeri seni Renaissance.
Hari ini, dalam Kabar
Sukacita, Yesus dimulai. Sabda menjadi manusia. Namun masih berupa rahasia
misteri dalam kandungan. Kapan seorang wanita yakin bahwa dirinya sedang hamil?
Bagaimana kita tahu ketika ada sesuatu yang belum terjadi sedang bertumbuh di
dalam diri kita? Apa yang kita lihat dalam kisah hari ini adalah ‘Fiat’ agung,
‘jadilah’, ‘OK’ agung yang mengijinkan semua itu dapat dimulai. Saat pembuahan
terjadi, kita belum tahu akan menjadi seperti apa nantinya. Dalam saat kini
(dalam Allah) pembuahan itu adalah sekarang.
Bagi kita semua, saat
Kabar Sukacita itu adalah sekarang. Meditasi adalah OK kita.
Salam Kasih
Laurence Freeman OSB
Diterjemahkan: Sisca
Indrawati H – WCCM Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar