O
felix culpa – Oh dosa Adam yang membahagiakan!’, kita akan menyanyi dalam
kegelapan pada Sabtu malam paskah atau, seperti yang dikatakan oleh Ibu Julian
(dari Norwich), ‘dosa itu berguna’, artinya dosa itu ada gunanya. Jika kita
belum memahaminya berarti kita masih terkurung dalam perangkap dosa yang
mengacu pada diri pribadi, lingkaran steril dari ego di mana semua keberhasilan
merongrong dirinya sendiri dan kita sendiri menyangkal tujuan sederhana dari
kebahagiaan yang kita cari.
Tetapi, begitu kita melihat makna dari keterbatasan
kita yang menyedihkan, suatu kesadaran akan muncul dari sebuah pusat yang tidak
kita ketahui keberadaannya sampai pada titik tersebut. Tembok bata menjadi
seperti platform 9¾ di stasiun kereta
(red: baca Harry Potter).
Untuk masuk ke dalamnya, kita harus berlari langsung menembus tembok antara
platform 9 dan 10.
John Main mengatakan bahwa inilah ‘resiko dalam mengasihi’ karena kita harus mempertaruhkan diri kita, bukan hanya kebahagiaan dan keselamatan kita, melainkan keberadaan kita dan ‘tanpa jaminan bahwa diri yang lain akan muncul.’ Anehnya, pada titik itulah kita dapat mengasihi diri kita secara dewasa. Sebelumnya, kita hanya mencari kepuasan diri dengan memenuhi harapan-harapan dan keinginan-keinginan. Mulai dari titik tersebut – dibangkitkan oleh rasa bahagia karena menemukan ‘dosa’ – kita menemukan bahwa cinta diri tidak hanya itu saja. Mengasihi diri sendiri berarti menemukan bahwa dunia itu lebih dari sekedar yang tampak saja, dan begitu juga diri kita.
Laurence Freeman OSB
Sumber : WCCM Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar